Ungkapan 'Trust the Process' rasanya cukup menggambarkan perjalanan Ivan Cahyadi dalam menjejaki tangga kariernya di PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna).
Berawal dari Management Trainee (MT) pada 1996, kini Ivan ditunjuk menjadi Presiden Direktur di perusahaan yang telah berusia seabad lebih. Meski terkesan mulus, namun jalan yang ia lalui sebenarnya tidaklah selalu halus. Ketika memulai kariernya, ia banyak mencicipi berbagai pengalaman menangani proyek strategis di sejumlah divisi.
Ivan yang efektif menjabat sebagai pucuk pimpinan Sampoerna per 1 Mei 2024 ini mengatakan, di empat tahun pertama berkarier di Sampoerna, ia mendapatkan penugasan di beberapa bidang, mulai dari human resources, IT, sales, finance, hingga marketing. Ivan juga terlibat dalam proyek pendirian bidang supply chain Sampoerna.
“Itu jadi investasi yang luar biasa dari perusahaan untuk seorang fresh graduate. Empat tahun saya dirotasi di berbagai lini untuk memahami seluruh rantai pasok bisnis itu seperti apa,” ungkap Ivan saat ditemui di kantor Sampoerna di One Pacific Place, Jakarta, Selasa (14/5).
Nyatanya, proses itu membuat Ivan benar-benar memahami seluk-beluk rantai perusahaan berikut model bisnisnya. Portofolionya yang cemerlang membawanya ke sejumlah posisi penting baik di Sampoerna, maupun afiliasi induk perusahaannya, Philip Morris International (PMI), di negara lainnya.
Adapun Ivan pernah ditugaskan sebagai Manajer Pengembangan Organisasi, Manajer Market Inteligensia, Kepala Pengembangan Strategi Penjualan, dan Kepala Zona Penjualan. Ia juga sempat mengemban amanah untuk afiliasi Philip Morris di Malaysia sebagai Direktur Penjualan dan Distribusi pada 2009. Kemudian Ivan kembali ke Sampoerna pada 2010 sebagai Kepala Zona Penjualan, sebelum selanjutnya diangkat sebagai anggota Direksi pada 2016.
Presiden Komisaris Sampoerna John Gledhill dalam keterangannya, Rabu (24/4), mengatakan bahwa Ivan adalah sosok pemimpin yang tepat untuk memantapkan posisi perseroan sebagai yang terdepan di industri.
“Dengan pengalaman ekstensif, kami percaya Ivan adalah pemimpin yang tepat bagi Sampoerna untuk memantapkan posisi sebagai pemimpin industri di Indonesia dan meneruskan penciptaan efek berganda bagi semua pemangku kepentingan,” ungkapnya.
Ivan hanyalah satu dari sekian banyak talenta mumpuni hasil dari investasi jangka panjang yang dilakukan Sampoerna di bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM). Menurutnya, komitmen perusahaan untuk selalu memberikan pelatihan, kesempatan, dan eksposur bagi pegawainya bukanlah main-main.
“Sampoerna sangat berkomitmen untuk investasi di SDM. Saya salah satu contohnya, tapi saya bukan yang satu satunya,” ungkap Ivan.
Anggarda Paramita (Menuju Kesempurnaan)
Komitmen terhadap pengembangan SDM itu pun sejalan dengan moto perusahaan, Anggarda Paramita, yang berarti menuju kesempurnaan. Sampoerna percaya, pekerjaan menuju kesempurnaan merupakan upaya tanpa henti lewat kerja keras dan pengembangan diri.
“Kita tahu, kita tidak pernah sempurna. Karena itu, kita terus bekerja keras, membimbing talenta-talenta yang ada supaya bisa terus melakukan inovasi dan berdampak positif, bukan hanya terhadap Sampoerna tapi juga terhadap perekonomian Indonesia,” ujar Ivan.
Pembangunan kualitas SDM tak berhenti dilakukan di lingkup internal saja. Lebih dari itu, Sampoerna turut membangun SDM yang meliputi hampir seluruh rantai pasok seperti petani serta para pemilik toko kelontong.
“Sudah ada 22.000 ribu petani yang kita bina melalui perusahaan pemasok tembakau. Dari sisi lain, ada 250.000 toko kelontong yang kita bina melalui program Sampoerna Retail Community (SRC). Omset mereka semua total itu Rp236 triliun. Itu 11 persen GDP (PDB) retail Indonesia,” lanjut Ivan.
Kemitraan dengan petani juga tak sekadar perihal bisnis semata. Faktanya, mereka diberikan pembinaan dan pendampingan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan. “Salah satu yang dinikmati petani adalah akses pasar. Ini adalah kerja sama yang saling menguntungkan,” papar Ivan.
Tak ketinggalan, Sampoerna juga melakukan pembinaan terhadap para pelaku UMKM melalui program Sampoerna Entrepreneurship Training Center. Hingga kini, program tersebut telah menjangkau 72.000 pelaku UMKM di Indonesia
Ivan pun memaparkan bahwa tenaga kerja Sampoerna, secara langsung dan tidak langsung, berjumlah 90.000 karyawan. Mereka tersebar di 50 fasilitas produksi yang dioperasikan langsung oleh Sampoerna atau oleh mitra usaha baik dari pengusaha lokal maupun koperasi setempat.
Melihat kontribusi Sampoerna yang masif dan berkelanjutan ini, maka tak heran jika eksistensinya di Indonesia semakin kuat mengakar. (WEB)