Jakarta, FORTUNE – Sebagai Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), Sunarso memiliki hobi bermain sepak bola. Oleh karena itu, di tengah pandemi saat ini, dirinya mengibaratkan BRI sebuah tim yang tengah bertanding di sebuah kompetisi. Sebagai pelatih, jika sebelumnya Sunarso menginginkan timnya menang 3-0, kini cukup menang 2-1.
“Kondisi normal, bankir harus menang 3-0. Likuiditas memadai, kualitas aset harus baik, sehingga profitabilitas didapat,” kata penggemar Sir Alex Ferguson ini. “Dalam kondisi tidak normal, kita harus tetap menang. Likuiditas tidak boleh terganggu, kualitas terjaga sehingga kita masih punya bekal untuk hari esok. Dengan terpaksa, profitabilitas kita korbankan.” Lanjut Sunarso ketika wawancara khusus dengan Fortune Indonesia.
Sempat alami penurunan laba
Pada 2020 lalu, BRI tidak bisa terhindari dari penurunan laba bersih. Menurut riset Fortune Indonesia, BRI tidak pernah sekalipun mengalami penurunan laba bersih sejak 2006. “Walau rugi, BRI bisa bangkit, tidak kehabisan likuiditas. Ketika kondisi lapangan bagus, kita bisa menang 3-0 di pertandingan selanjutnya. Yang penting, kita tidak gugur dulu,” katanya. Sunarso memang telah membuktikan ucapannya. Pada kuartal ketiga 2021 ini, BRI mencatatkan laba bersih Rp19,07 triliun atau naik 35 persen dibandingkan periode yang sama 2020.
Sebagai nakhoda, pastinya Sunarso harus bekerja dan berpikir lebih keras dalam menghadapi kondisi itu. Dia mengambil langkah cepat dan detail, memotivasi, dan menginspirasi karyawan. “CEO harus bisa created value dan mengomunikasikan visi serta misi dengan baik. CEO harus bisa menjalankan fungsi sebagai storyteller dan menggerakkan SDM,” katanya.
Value itulah yang akhirnya diturunkan ke berbagai hal, seperti financial & strategy, business & support, risk management, compliance, dan audit internal. “Saya menetapkan strategi business follow stimulus,” kata Sunarso.
BRI aktif lakukan restrukturisasi kredit
Pandemi telah menghantam sebagian besar lapisan masyarakat. Di sini, pemerintah turun tangan dalam memberikan berbagai stimulus, salah satunya untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UKM). BRI pun melakukan restrukturisasi kredit UKM, yang nilainya per September 2021 adalah Rp166,19 triliun. Dari jumlah itu; 83,4 persen adalah kredit UKM.
“Selamatkan UKM untuk bisnis. Follow stimulus untuk tumbuh. Jaga protokol kesehatan untuk manusianya,” kata Fortune Indonesia Businessperson of the Year 2021 itu.
Hajatan Besar BRI
Pastinya, pandemi tidak menghentikan langkah BRI melakukan ekspansi. Akhir September lalu misalnya, PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk resmi mengubah nama menjadi Bank Raya. Emiten dengan kode saham AGRO itu akan fokus dengan perannya yang baru, sebagai bank digital. Tentunya aksi ini akan menambah jumlah bank digital di Indonesia, yang mana tengah menjadi euforia.
Nantinya bersama sang induk, Bank Raya akan menerapkan konsep hybrid bank. Sunarso melihat, sentuhan manusia atau fisik belum bisa ditinggalkan hingga saat ini. Kesuksesan digital bank--dalam arti 100% digital-- hanya bisa dilakukan pada transaksi tertentu. Namun, ketika sudah berurusan dengan pinjaman kredit, maka diperlukan sentuhan offline. “Ambil contoh pinjol (pinjaman online). Giliran menagih, akhirnya gedor-gedor juga,” kata Sunarso.
Keberhasilan bank digital sendiri pun sangat bergantung dengan ekosistem yang ada. Salah satu yang utama, apakah benar bahwa literasi digital di antara masyarakat sudah merata. “Butuh proses untuk mendigitalkan. Ada keinginan, edukasi, dan penyuluhan digital. Jika bank hanya membuat produk, tapi tidak diiringi dengan pengetahuan digital dari masyarakat, ya enggak ada nasabahnya. Edukasi dan penyuluhan ini yang sedang dilakukan BRI,” katanya.
Tak hanya bank digital, BRI baru saja merampungkan sebuah hajatan besar, yaitu pembentukan Holding BUMN Ultra Mikro (UMi), antara BRI, Pegadaian, dan Permodalan Nasional Madani. Proses yang memakan waktu setidaknya setahun mulai perolehan restu dari berbagai pemangku kepentingan hingga penerbitan saham baru. Sekadar mengingatkan, rights issue BRI bernilai Rp95,9 triliun, sekaligus menjadi yang terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara, ketiga di Asia, dan ketujuh di dunia.
Penasaran dengan kisah sukses Sunarso sebagai penerima Business Person of The Year 2021? Baca selengkapnya di Majalah Fortune Indonesia!