Jakarta, FORTUNE - Bank Dunia telah bersepakat meningkatkan kapasitas pinjaman senilai US$30 miliar dalam satu dekade ke depan. Hal tersebut ditujukan membantu negara-Negara Berkembang dalam menghadapi perubahan iklim dan tantangan-tantangan global lainnya.
Laman Reuters melansir, Rabu (16/10), Presiden Bank Dunia, Ajay Banga, mengatakan bahwa pihaknya—melalui unit International Bank for Reconstruction and Development (IBRD)—akan menurunkan rasio ekuitas terhadap pinjaman sebesar 1 poin persentase menjadi 18 persen.
“Hal ini [berarti] membebaskan kapasitas dalam neraca kami untuk meminjamkan lebih banyak,” kata Banga dalam wawancara Reuters NEXT Newsmaker.
Sejalan dengan penurunan tersebut, Bank Dunia juga akan mengimplementasikan reformasi yang diuraikan dalam laporan independen yang dipersiapkan untuk negara anggota G20 dan diminta oleh para pemegang saham, termasuk Amerika Serikat (AS).
Perubahan ini terjadi di tengah meningkatnya tantangan global, seperti perang di Ukraina, meningkatnya konflik di Timur Tengah, memburuknya bencana iklim, dan besarnya tingkat utang pemerintah.
Prediksi Bank Dunia terhadap konstelasi global
Banga mengatakan salah satu krisis terbesar yang mengancam adalah perkiraan kesenjangan hampir 800 juta pekerjaan untuk 1,2 miliar orang yang akan mencapai usia kerja dalam 10 tahun ke depan.
Beberapa ahli memperkirakan negara berkembang dan pasar berkembang akan membutuhkan pendanaan setidaknya US$3 triliun per tahun demi mengatasi pandemi pada masa depan, perubahan iklim, dan tantangan lainnya.
IBRD terakhir kali mengubah rasio ekuitas terhadap pinjamannya pada 2023, dengan menurunkannya dari 20 persen menjadi 19 persen.
Bank tersebut mengatakan pihaknya mampu mengurangi rasio itu sambil menjaga peringkat Kredit AAA dengan memperkuat sistem pemantauan peringkat kredit dan menambahkan rencana alternatif jika terjadi hal tidak diduga.
Dewan tersebut juga menyetujui perubahan dalam struktur biayanya untuk memudahkan negara peminjam beroleh pinjaman, dan kemudian membuatnya lebih murah untuk dilunasi, termasuk potongan harga bagi pinjaman berjangka pendek, pinjaman tujuh tahun, dan perluasan harga terendah IBRD ke negara-negara kecil yang lebih rentan.