Jakarta, FORTUNE - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) membukukan Laba bersih senilai Rp10,7 triliun, naik 3,8 persen secara year on year (YoY) pada semester I-2024. Ekspansi bisnis yang terakselerasi dan efisiensi dari sisi Cost of Fund (CoF) yang terjadi di kuartal II 2024 menghasilkan pendapatan bunga bersih atau Net Interest Income (NII) yang meningkat 3,1 persen dari kuartal sebelumnya.
Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar menjelaskan, pencapaian laba ini juga didukung oleh Kinerja kredit yang mengalami akselerasi di kuartal kedua 2024. "Akselerasi pertumbuhan kredit ini juga tidak lepas dari stabilnya perekonomian nasional di tengah kondisi global yang sangat dinamis, serta operating environment yang membaik bagi perbankan," kata Royke di Jakarta, Kamis (22/8).
Kredit BNI naik 11,7%, ini fokus penyalurannya
BNI mampu mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 11,7 persen (YoY) per Juni 2024 menjadi Rp727 triliun. Pertumbuhan kredit ini, lanjut Royke, dihasilkan dari ekspansi yang prudent di segmen berisiko rendah, yaitu korporasi blue chip baik swasta dan BUMN, kredit consumer, dan perusahaan anak.
Ia menjelaskan, tiga sektor ekonomi dengan penyaluran kredit terbesar adalah perdagangan, energi, dan manufaktur. Namun, secara umum BNI masih melihat loan demand yang cukup baik di seluruh sektor ekonomi.
“Ekspansi kredit kami fokuskan pada debitur top tier di masing-masing industri dan regional yang diikuti optimalisasi bisnis dari ekosistem debitur, sehingga mendorong pertumbuhan kredit di segmen lainnya, seperti consumer yang tumbuh hingga 15,1 persen (YoY,)” ujar Royke.
Sebagai dampak dari akselerasi kredit di segmen berisiko rendah, kualitas aset terus membaik yang terlihat dari penurunan rasio Non Performing Loan (NPL) dan rasio Loan at Risk (LaR).
Rasio NPL per Juni 2024 tercatat berada di level 2 persen, membaik jika dibandingkan Juni tahun lalu yang sebesar 2,5 persen. Sementara itu, LaR yang mencakup NPL, kredit pada kolektibilitas 2, dan kredit kolektibilitas lancar yang sedang direstrukturisasi tercatat sebesar 12,3 persen membaik dibandingkan Juni tahun lalu sebesar 16,1 persen.
DPK BNI naik tipis 1%
Di tengah relaksasi giro wajib minimum (GWM) yang diberikan oleh Bank Indonesia (BI) melalui insentif Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM), memberikan tambahan likuiditas yang dioptimalkan untuk memperbaiki struktur Dana Pihak Ketiga (DPK) BNI.
Dengan cara mengurangi porsi dana institusi pada giro dan deposito, lalu menggantikannya dengan deposito retail atau perorangan yang lebih efisien dari sisi bunga. Hasilnya terlihat dari total DPK BNI di semester I 2024 yang tercatat tumbuh 1 persen (YoY), didukung oleh pertumbuhan tabungan sebesar 4,3 persen (YoY) dan giro 1,1 persen (YoY).
"Sementara deposito terkoreksi 2,6 persen (YoY). Hal ini mendorong rasio CASA terhadap DPK naik menjadi 70,7 persen dibandingkan setahun sebelumnya sebesar 69,6 persen," kata Direktur Finance Novita Widya Anggraini.
Penguatan peran dari anak usaha juga semakin positif dalam memberi kontribusi kinerja BNI Group. Hal ini ditunjukkan dengan Pre-Provision Operating Profit (PPOP) dari perusahaan anak yang meningkat sebesar 4,8 persen (YoY) di semester I 2024.