Jakarta, FORTUNE - Sindikat pencetak dan pengedar Uang Palsu di perpustakaan UIN Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), yang baru terbongkar meresahkan masyarakat luas. Pasalnya, produk uang palsu yang mencapai nilai miliaran rupiah tersebut hampir menyerupai uang asli lantaran mencampurkan uang asli dan palsu dengan rasio satu banding dua.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, menyatakan peredaran uang palsu itu dapat berdampak negatif terhadap perekonomian daerah maupun nasional.
"Uang palsu menurunkan efektivitas kebijakan moneter bank sentral. Berapa jumlah uang beredar di masyarakat akan menentukan data inflasi dan suku bunga. Kalau jumlahnya tidak bisa dipastikan karena ada distorsi uang palsu, maka kebijakan bank sentralnya jadi kurang efektif," kata Bhima kepada Fortune Indonesia, Senin (23/12).
Peredaran uang palsu juga rugikan UMKM
Tidak hanya berdampak ke sistem perekonomian, peredaran uang palsu juga dikhawatirkan bakal merugikan pelaku usaha, khususnya UMKM seperti warung dan pasar tradisional.
"Transaksi cash yang masih dominan di sektor informal jadi sasaran dari uang palsu. Padahal ketika warung menukarkan uang palsu ke bank untuk dipindah ke rekening bisa ditolak, dan ini yang tanggung pelaku usaha kecil," kata Bhima.
Di sisi lain, kondisi ini juga memicu aktivitas ekonomi gelap atau underground economy seperti perjudian, penipuan, hingga pencucian uang.
Tren peredaran uang palsu terus menurun
Di lain pihak, Bank Indonesia (BI) telah mengomentari kejadian di Makassar. Bank sentral menyatakan telah berkoordinasi secara intensif dengan Polda Sulsel dalam proses pengungkapan kasus tersebut.
"BI siap mendukung Polri dalam proses penyidikan kasus dengan melakukan klarifikasi atas barang bukti uang palsu dan siap memberikan bantuan ahli rupiah dalam hal diperlukan," kata Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI, Marlison Hakim.
Ia juga mengimbau khalayak luas untuk tidak bersikap khawatir berlebihan, namun tetap waspada saat bertransaksi secara tunai dan mengenali ciri-ciri uang asli dengan metode 3D, yakni dilihat, diraba, dan diterawang.
Marlison menyatakan rasio uang palsu terhadap uang yang diedarkan (UYD) masih menunjukan tren penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Sepanjang 2024, rasio uang palsu terhadap UYD sebesar 4 ppm/peace per milion atau empat lembar dalam setiap 1 juta uang beredar, lebih rendah dari 2022 dan 2023 yang merekam peredaran 5 ppm, serta 9 ppm dan 7 ppm pada 2020 dan 2021.