Blockchain Tingkatkan Kepercayaan Nasabah Asuransi, Ini Alasannya
Semakin kuat dengan dukungan mutual aid dan smart contract.
Jakarta, FORTUNE - Asosiasi Blockchain Indonesia dan Pedagang Aset Kripto Indonesia (A-B-I & Aspakrindo) menilai penggunaan blockchain dalam industri Asuransi bisa meningkatkan efisiensi layanan dan kepercayaan konsumen.
Direktur A-B-I & Aspakrindo, Asih Karnengsih, mengatakan bahwa hal ini bukan hanya soal disrupsi, namun juga tentang memberdayakan individu untuk mengelola klaim mereka dengan lebih efisien dan adil.
“Dengan kemampuannya untuk meningkatkan keamanan data, transparansi dan mempercepat proses klaim, blockchain dapat membangun kembali kepercayaan pengguna dan meningkatkan efisiensi sistem asuransi,” ujar Asih dalam keterangan yang diterima Fortune Indonesia, Kamis (18/4).
Dengan begitu, penerapan teknologi blockchain dalam industri asuransi menandai langkah penting menuju kemandirian dan transparansi bagi pemegang polis melalui akses langsung dan kendali penuh atas data mereka sendiri.
Desentralisasi
Asih menjelaskan bahwa blockchain adalah sistem penyimpanan data yang menerapkan sistem desentralisasi aplikasi yang berfungsi untuk memberikan kendali penuh terhadap pengguna atas data mereka dengan tidak adanya perantara terpusat.
Sistem ini terdesentralisasi, sehingga setiap partisipan dalam jaringan blockchain memiliki akses yang sama terhadap klaim data. “Ini berarti bahwa pemegang polis memiliki kendali penuh atas informasi mereka sendiri tanpa perlu bergantung pada perantara terpusat seperti perusahaan asuransi,” ujar Asih.
Keamanan kriptograf
Dalam hal keamanan, sistem blockchain menggunakan teknologi kriptograf yang kuat untuk menyimpan data secara aman dan tak bisa diubah. Setiap transaksi klaim dicatat dalam blok yang dienkripsi dan dihubungkan secara konsisten satu sama lain. Kondisi ini akan menciptakan jejak audit yang tak terputus dan memastikan integritas data terjaga.
“Selain itu, teknologi blockchain juga memungkinkan menjaga kerahasiaan data dengan menggunakan kunci kriptografi yang unik sehingga dapat dipastikan bahwa informasi sensitif tentang klaim, seperti informasi medis atau finansial, tetap aman dan hanya dapat diakses oleh pihak yang berwenang,” kata Asih.
Penguatan
Optimalisasi blockchain dalam mendisrupsi industri asuransi, kata Asih, akan semakin kuat dengan penggunaan konsep mutual aid dan smart contract. Mutual aid adalah bentuk organisasi di mana anggota saling menyediakan dukungan finansial dan emosional satu sama lain dalam situasi darurat, seperti sakit, kecelakaan, atau kehilangan pekerjaan.
“Dengan mutual aid, anggota tidak terikat pada perusahaan asuransi tertentu sehingga memberikan kebebasan dan kontrol yang lebih besar atas keputusan finansial mereka sendiri, yang mana sejalan dengan pemikiran dasar teknologi blockchain, bahwa setiap individu harus memiliki kontrol dan kebebasan atas dirinya sendiri,” ujar Asih.
Sementara, smart contract, menurut Asih, adalah protokol yang terkait dengan blockchain yang secara otomatis mengeksekusi dan menegosiasikan kontrak ketika kondisi yang telah ditetapkan dipenuhi. “Jika klaim terkait kecelakaan mobil, smart contract dapat secara otomatis mengaktifkan pembayaran klaim setelah dokumen yang diperlukan telah diajukan dan diverifikasi,” katanya.