Isu Resesi 2023, Pelaku Sektor Asuransi Tetap Optimistis
Permintaan terhadap asuransi kesehatan diprediksi tetap ada.
Jakarta, FORTUNE – Kekhawatiran akan terjadinya resesi global pada 2023 ikut menyambar sektor asuransi. Namun, pelaku usaha sektor itu tetap optimistis untuk menghadapi apa pun kondisi ekonomi tahun depan.
Executive Management PT MNC Life Assurance, Risye Dillanti, menyatakan perusahaannya justru melihat ancaman resesi tersebut sebagai peluang yang positif. Pasalnya, ketika nantinya betul terjadi seperti yang dicemaskan, biaya kesehatan disinyalir meningkat. Namun begitu, harga premi asuransi kesehatan belum tentu ikut naik.
“Justru fungsi asuransi adalah untuk menghadapi situasi yang tidak diduga sebelumnya seperti resesi ini,” kata Risye dalam keterangan kepada wartawan di Jakarta Pusat, Kamis (17/11).
Dia mendorong masyarakat untuk bersiap mempertimbangkan untuk mengambil asuransi termasuk kesehatan.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan industri asuransi bakal menghadapi tiga tantangan tahun depan, salah satunya resesi. “Saya mau industri asuransi merepons ini (resesi global) sebagai suatu tantangan dan kita optimistis,” ujar Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) 2A OJK, Ahmad Nasrullah, Minggu (23/10), seperti dilansir dari Bisnis.com.
MNC Life pun optimistis untuk dapat mencetak pertumbuhan pada tahun depan, kata Risye. Terlebih, sektor asuransi memang masih memiliki ruang tumbuh yang besar seiring penetrasinya yang rendah. Menurut data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), penetrasi asuransi jiwa masih mencapai 8 persen per September 2022.
Menilik laporan keuangan MNC Life, perusahaan itu pada Januari sampai September tahun ini meraih premi Rp202,79 miliar, meningkat 44,2 persen ketimbang Rp140,65 miliar pada periode sama tahun sebelumnya (yoy). Asetnya tumbuh 13,2 persen menjadi Rp408,39 miliar.
“Premi kami masih on going. Dan kami menargetkan pertumbuhan sekitar 30 sampai 40 persen dari tahun lalu,” ujarnya.
Strategi pelaku asuransi
MNC Life akan menerapkan strategi bisnis yang lebih agresif tahun depan, kata Risye. Dia menyatakan perusahaan telah menyiapkan sejumlah strategi. Misalnya, melakukan edukasi kepada tenaga pemasar untuk memperkuat distribusi. Lalu, menyediakan produk dan layanan yang beragam, meningkatkan literasi masyarakat, serta bekerja sama dengan perusahaan teknologi asuransi (insurance technology/insurtech).
“Sekali lagi asuransi sangat dibutuhkan terutama untuk menghadapi masalah yang tidak terduga,” ujarnya.
Senada, platform insurtech PasarPolis menyatakan meskipun kelak terjadi resesi, produk asuransi, terutama untuk kesehatan tetap akan beroleh permintaan karena telah dianggap sebagai kebutuhan pokok. Terlebih, asuransi kesehatan berhubungan dengan kesejahteraan, produktivitas, dan keluarga seseorang.
“Dan yang penting adalah bagaimana kami mengedukasi masyarakat,” kata Michael Pererea, SVP Health & Product PT Pasar Polis Indonesia kepada Fortune Indonesia.
Menurutnya, perusahaan memang harus siap untuk menghadapi resesi. Dalam hal ini, PasarPolis tetap berfokus pada upaya untuk mendemokratisasi asuransi, yakni dengan menyediakan produk asuransi yang terjangkau, serta dengan layanan yang memudahkan pelanggan.
“Dan yang paling penting adalah bagaimana produk asuransi ini dapat memecahkan masalah seorang individu,” katanya.
Majalah Fortune Indonesia pada Juli 2022 sempat mengulas soal tren asuransi ritel, termasuk insurtech. Dalam artikel tersebut, PasarPolis sempat mengatakan telah bekerja sama dengan 60.000 mitra. Perseroan bukan hanya mendistribusi produk, tapi juga memfasilitasi dan memantau pelayanan klaim. Per Mei 2022, 87 persen dari seluruh polis yang diterbitkan melalui PasarPolis dapat selesai proses klaimnya dalam 24 jam.