The Fed Resmi Naikkan Suku Bunga Acuan, Tertinggi Sejak 1994
The Fed target kendalikan inflasi sampai 2 persen.
Jakarta, FORTUNE – Bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) resmi menaikkan tingkat suku bunga acuan mencapai 75 basis poin. Mengutip Asociated Press (AP), Kamis (16/6), kenaikan tersebut dianggap yang tertinggi dalam hampir tiga dekade terakhir atau sejak 1994.
Dengan begitu, tingkat suku bunga acuan jangka pendek kini mencapai 1,5 persen sampai 1,75 persen.
Bank sentral AS bahkan mengisyaratkan kenaikan 50 sampai 75 basis poin suku bunga acuan pada pertemuan kebijakan selanjutnya. Menurut proyeksi The Fed, suku bunga masih akan naik setidaknya sampai akhir tahun ini, dengan mencapai 3,4 persen pada Desember, dan 3,8 persen pada akhir tahun depan.
Keputusan The Fed ini tentu saja demi meredam gejolak inflasi AS yang bergerak liar. Indeks harga konsumen bulan lalu mencapai 8,6 persen, dan dianggap tertinggi sejak empat puluh tahun terakhir. Inflasi tersebut terutama didorong oleh harga makanan dan energi yang melonjak, demikian Channel News Asia (CNA).
“Kami pikir tindakan keras diperlukan pada pertemuan ini, dan kami menyampaikan itu," ujar Ketua The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers, Rabu (15/6), setempat. Dia memberikan penekanan akan pentingnya menurunkan inflasi sekaligus menstabilkan harga.
Survei dari University of Michigan pekan lalu menunjukkan ekspektasi konsumen terhadap inflasi masih tinggi mencapai 5,4 persen. Ekspektasi harga dalam jangka panjang juga meningkat.
"Salah satu faktor dalam keputusan kami untuk bergerak maju dengan 75 basis poin adalah apa yang kami lihat dalam ekspektasi inflasi," kata Powell seperti dikutip dari Bloomberg. Menurutnya, kenaikan suku bunga tersebut termasuk luar biasa besar, dan lembaganya tidak mengharapkan hal tersebut tidak menjadi lazim.
Dalam kesempatan tersebut, Powell turut memberikan penekanan soal komitmen bank sentral untuk “melakukan apa yang diperlukan” demi mengendalikan inflasi ke target 2 persen.
Prospek ekonomi AS
Untuk mencapai target inflasi tersebut, menurut Powell, mungkin akan berdampak ke tingkat pengangguran yang akan lebih tinggi seiring pertumbuhan ekonomi yang melambat.
"Ini akan menjadi perjalanan yang jauh lebih bergelombang untuk menurunkan inflasi daripada yang mereka perkirakan sebelumnya," kata Matthew Luzzetti, Kepala Ekonom AS di Deutsche Bank.
The Fed memperkirakan pengangguran akan meningkat tahun ini dan tahun selanjutnya, dan pada 2024 mencapai 4,1 persen. Angka pengangguran tersebut menurut sejumlah ekonom berisiko terhadap resesi atau tren pertumbuhan ekonomi negatif.
Namun, Powell masih optimistis akan kondisi ekonomi AS, dengan pengangguran yang mendekati level terendah lima dekade, upah naik, dan keuangan masyarakat sebagian besar solid. Menurutnya, ekonomi dapat menahan suku bunga yang lebih tinggi dan menghindari resesi.
"Kami tidak mencoba mendorong resesi sekarang," katanya. “Mari kita perjelas tentang itu. Kami mencoba untuk mencapai inflasi 2 persen.
Sejumlah bank sentral lain diperkirakan akan menyesuaikan kebijakan suku bunga acuan. Bank sentral Eropa, misalnya, diperkirakan akan menaikkan suku bunga mencapai seperempat poin, dan menjadi kenaikan pertama sejak 11 tahun. Lalu, bank sentral Inggris telah menaikkan suku bunga sebanyak empat kali sejak Desember.