Proyeksi Dampak Perang Rusia-Ukraina terhadap Ekonomi RI
Ekonomi global diprediksi tumbuh 4,1% di 2022.
Jakarta, FORTUNE - Gejolak yang terjadi antara Ukraina dan Rusia diprediksi hanya berdampak kecil ke perekonomian nasional.
Direktur Utama Batavia Prosperindo Aset Manajemen Lilis Setiadi menilai, skala perekonomian Ukraina dan Rusia tidak begitu besar besar berdampak ke Indonesia. Sehingga, potensi gangguan ekonomi akibat konflik keduanya tidak begitu berpengaruh.
“Kalau perang ini berlanjut, dampak ke ekonomi rasanya agak sangat minim, minimal bisa diatur,” ujar Lilis pada HSBC Wealth Outlook 2022 virtual, Jumat (25/2).
Meski demikian, dirinya tak pungkiri konflik tersebut dapat meningkatkan volatilitas khususnya yang akan berpengaruh ke kebijakan suku bunga The Fed. Oleh karena itu, menurutnya terkoreksinya bursa saham sekitar 2 persen cukup normal dalam jangka waktu pendek.
Ekonomi global diprediksi tumbuh 4,1% di 2022
Meski demikian, HSBC Indonesia juga menilai masih adanya sejumlah tantangan bagi perekonomian global karena pandemi yang masih berlangsung. Sehingga pertumbuhan perekonomian global tahun ini diperkirakan akan melambat ke level 4,1 persen dari realisasi tahun lalu 5,7 persen.
Presiden Direktur HSBC Indonesia Francois De Maricourt mengatakan, perekonomian dunia saat ini berada dalam The Great Reset. "Artinya, para pembuat kebijakan dan praktisi ekonomi berkolaborasi dalam menentukan arah baru perekonomian yang sangat memperhatikan aspek berkelanjutan," kata Francois.
Pertumbuhan ekonomi Asia diprediksi capai 4,8%
Sementara itu dari sisi regional, perekonomian Asia diprediksi masih prospektif dengan perkiraan pertumbuhan 4,8 persen di tahun 2022. Hal tersebut ditopang kuatnya permintaan domestik.
Menurutnya, untuk Asia Tenggara, Singapura akan mendapatkan manfaat dari pemulihan ekonomi global. Sedangkan untuk pasar saham Indonesia akan mendapatkan manfaat dari perkembangan industri hijau yang ditopang oleh industri bahan baku.
Oleh karena itu, HSBC sudah menerapkan aspek berkelanjutan sebagai bagian dari portofolio investasi dalam mengelola risiko dan mencari peluang.
HSBC hadirkan produk reksa dana sharia equity US$
Di tengah ketidak pastian geopolitik global, HSBC Indonesia meluncurkan produk reksa dana Batavia Technology Sharia Equity US$ yang bekerjasama dengan Batavia Prosperindo Aset Manajemen.
Produk ini adalah reksa dana syariah berbasis efek luar negeri (offshore) untuk investor yang ingin berinvestasi di sektor teknologi global.
Produk ini dikembangkan Batavia melalui kerja sama dengan Franklin Templeton, manajer investasi yang memiliki pengalaman dan kemampuan global sebagai technical advisor sehingga bisa mengoptimalkan return kepada nasabah.
Produk reksa dana syariah berdenominasi US dollar ini ialah opsi bagi investor untuk berinvestasi di sektor teknologi dan transformasi digital. Reksa dana syariah ini bisa dibeli dengan minimum pembelian mulai dari US$ 10.000. Adapun portofolio dari reksa dana ini adalah sekitar 60 hingga 65 persen pada perusahaan yang sudah mapan. Sedangkan untuk perusahaan kecil sevesar dan 35 persen 40 persen. Meski demikian, keduanya tetap menawarkan stabilitas dan peluang.