Transfer BI-Fast Sering Gangguan? Ini Sejumlah Penyebabnya
Volume transaksi BI-Fast sentuh 647 juta di 2022.
Jakarta, FORTUNE – Layanan transfer antar-bank berbiaya Rp2.500,-, BI-Fast semakin digemari masyarakat. Namun, di tengah murahnya biaya tersebut, sejumlah masyarakat sempat mengeluhkan adanya kendala atau tidak terkirimnya dana transfer.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), Santoso Liem menjelaskan, kondisi tersebut terjadi akibat beberapa hal. Salah satunya ialah tidak siapnya infrastruktur teknologi dari perbankan pengirim dan penerima jasa transfer.
Seperti diketahui, infrastruktur yang disiapkan Bank Indonesia (BI) ini memangkas alur pengiriman uang tanpa melalui perusahaan switching. Namun, untuk menjadi peserta, bank juga perlu menyiapkan infrastruktur penghubung BI-Fast. Karenanya, banyak bank-bank kecil yang belum bisa menjalankannya.
“Banyak yang tidak siap. Dalam sistem, mesinnya BI Fast ada di bank pengirim dan penerima, mesin sudah dihitung kapasitas. Kadang-kadang tiba tiba ketidaksiapan kapasitas adalah tiba-tiba ada arus pengiriman dan penerimaan besar sekali," kata Santoso saat makan malam di Hotel Indonesia Kempinski Jakarta, Senin malam (3/4).
Sejak diluncurkan pada 21 Desember 2021, total jumlah peserta BI-FAST hingga kini menjadi 122 peserta, yang mewakili 94 persen dari pangsa sistem pembayaran ritel nasional. Bahkan, untuk meningkatkan efisiensi penyediaan infrastruktur, 6 dari 14 Bank Peserta batch keenam memanfaatkan infrastruktur multitenancy (multi banks one connector).
Volume transaksi BI-Fast di 2022 sentuh 647 juta
Selain itu, tingginya volume transaksi juga menjadi penyebab transaksi BI-Fast macet. Biasanya, bila terjadi macet, dana akan kembali ke rekening nasabah dalam kurun waktu 24 jam. Santoso yang juga menjabat sebagai Direktur Bank Centra Asia (BCA) ini menjelaskan, transaksi BI-Fast semakin tinggi.
Hal tersebut tercermin dari transaksi yang dialami oleh BCA. Ia menjelaskan, transaksi BI-Fast di Febuari 2023 lalu sempat tembus 140 juta transaksi. Padahal, di tahun 2022 lalu rata-rata volume transaksi BI-Fast hanya sekitar 60 juta transaksi.
“Suddenly yang terganggu contoh Februari 2023, Februari kan lebih pendek. Tiba-tiba orang mengajukan transaksi otomatis jadi 140 juta transaksi. Ibarat kayak air bah aja. Mirip konsep itu,” kata Santoso.
Sebelumnya, BI juga mencatat di sepanjang 2022, volume transaksi BI-Fast mencapai 647 juta transaksi. Di sisi lain, nilai transaksi yang dihimpun dari layanan BI-Fast mencapai Rp2.058 triliun. Nilai yang tinggi tersebut seiring dengan jumlah peserta yang semakin bertambah tiap tahunnya.