DBS Group Proyeksikan Perekonomian Indonesia pada 2024 Tumbuh 5,0%
Target itu lebih rendah dari proyeksi pemerintah.
Jakarta, FORTUNE - DBS Group Research memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada paruh kedua 2024 akan lebih melambat ketimbang semester pertama tahun sama.
Estimasi pertumbuhan dari DBS Group Research pun lebih rendah dari target pemerintah, yang mematok ekonomi bakal tumbuh 5,2 persen.
Ekonom senior DBS Bank, Radhika Rao, meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester II mencapai 4,95 persen hingga 5,0 persen.
"Secara tahunan, rata-rata pertumbuhannya akan berkisar di 5,0 persen, jadi ada sedikit perlambatan," katanya di acara Group Interview Bersama Ekonom Bank DBS, Selasa (6/8) di Jakarta.
Apa yang melandasi proyeksi itu? Pada semester II ini, tak ada katalis Pemilihan Umum (Pemilu) serta puasa dan Lebaran, seperti pada semester I-2024. Menurut Radhika, dua faktor itu pada kuartal I dan II telah meningkatkan konsumsi, belanja pemerintah, hingga partai politik.
Kendati ada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada November nanti, dampaknya diproyeksikan takkan sebesar Pemilu 2024 pada Februari lalu.
"Efek yang berasal dari Pemilu 2024 mulai menghilang. Jadi sekarang mulai terlihat pertumbuhan yang lebih organik," ujar Radhika.
Ditambah lagi, masyarakat disebut akan lebih fokus belanja untuk esensial seperti makanan dan kebutuhan sehari-hari. Pertumbuhan ekspor pun diprediksi sedikit melambat karena harga komoditas global yang sedang menguat.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh sekitar 5,0 persen sampai dengan 5,2 persen sepanjang 2024.
Katalis positif
Meski diprediksi ada perlambatan pertumbuhan ekonomi, masih ada katalis positif pada paruh akhir 2024. Salah satunya, utilisasi kapasitas yang meningkat pada bidang manufaktur, khususnya pada bidang pertambangan. Itu terefleksi pada sejumlah investasi para perusahaan dalam pembangunan atau penambahan penggunaan pabriknya.
Ihwal pembangunan pabrik, sejumlah contohnya meliputi: Frisian Flag, Vinfast, PT Yadea Teknologi Indonesia, BYD, dan sebagainya. Sementara itu, penambahan utilitas dan kapasitas dilakukan oleh PT Indo American Seafoods Tbk (ISEA) dan produsen air mineral Cleo.
Selain itu, walaupun PMI Indonesia terkontraksi pada Juli 2024, Radhika menilai sektor manufaktur mulai kembali naik.
"PMI sebenarnya adalah indikasi survei. Itu tak menggambarkan data produksi yang sesungguhnya. Jadi, secara bulanan itu bisa fluktuatif," katanya.
Bersamaan dengan proyeksi perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester kedua ini, DBS Group Research memprediksi Bank Indonesia (BI) akan menurunkan suku bunga sekali pada 2024, yakni 25 basis poin asalkan Fed melakukan pemangkasan total hingga 50 basis poin pada tahun ini.