Timbunan Utang Rumah Tangga Korea Selatan yang Dibongkar Squid Game
Utang rumah tangga Korsel melonjak 10% dalam setahun.
Jakarta, FORTUNE - Serial original Netflix Korea, Squid Game—yang begitu beken di ruang maya belakangan ini—tak semata-mata hadir untuk menghibur. Beberapa isu sosial dan ekonomi juga dibalut sedemikian rupa melalui lakon para pemainnya; menguak sisi gelap di balik gemerlap budaya Korsel yang perlahan mendominasi dunia.
Bak Parasite (2019)—film yang memenangkan setidaknya enam kategori dalam gelaran Oscar 2020—serial Squid Game juga mengungkap sisi buruk Korea Selatan (Korsel). Lewat penceritaan, penulis sekaligus sutradara Hwang Dong-hyuk mencoba mengangkat masalah tingginya utang rumah tangga di Negeri Ginseng.
Dalam 9 episode, Squid Game menunjukkan, krisis utang rumah tangga yang terjadi di negara tersebut berdampak negatif bagi masyarakat—khususnya yang berada di kelas menengah ke bawah seperti para tokoh dalam seri itu.
Mengutip Yonhap News, menurut Bank Sentral Korea (BOK), total utang rumah tangga Korsel mencapai 1.805,9 triliun won per Juni 2021. Itu naik 41,2 triliun won ketimbang kuartal I 2021 dan melonjak lebih dari 10 persen (168,6 triliun won) daripada tahun lalu.
Padahal, BOK sebelumnya memprediksi, kenaikan hanya akan berkisar di antara 5-6 persen. Sayang, kenyataan tidak selalu sesuai harapan.
1. Korsel Berperang Hadapi Utang Rumah Tangga
Berdasar laman CEIC Data, rasio utang rumah tangga Korsel melambung tinggi dalam beberapa tahun terakhir, sampai-sampai berbanding PDB di atas 100 persen—tertinggi di Asia.
Mengacu pada Laporan Kebijakan Moneter dan Kredit dari BOK pada Juni 2021, rasio utang rumah tangga Korsel terhadap PDB telah meningkat sejak 2019—sejalan dengan naiknya harga perumahan dan pinjaman rumah tangga.
Akibatnya, rasio itu melonjak menjadi 103,8 persen pada akhir 2020 ketimbang 91,8 persen pada akhir 2018. Terpenting, lonjakan rasio itu adalah yang tertinggi sejak kuartal IV 1962. Menurut BOK, “(itu berkaitan dengan) kenaikan tajam harga perumahan baru-baru ini, sangat kontras dengan pendapatan dan pengeluaran dasar.”
2. Utang Rumah Tangga Milenial dan Gen Z di Korsel Melonjak
Generasi kelahiran 1980-an ke atas di Korsel termasuk salah satu kelompok demografi yang berkontribusi besar terhadap kenaikan utang rumah tangga di sana. Mengutip Korea Herald, Selasa (12/10), utang dua generasi itu berkontribusi 50,7 persen terhadap total utang rumah tangga Negeri Ginseng. Itu meningkat dari 45,5 persen (2020) dan 33,7 persen (2019).
Data Layanan Pengawas Keuangan Korsel menyebut, utang rumah tangga milenial dan Z dari bank lokal melambung hingga 26 triliun won pada Maret 2021, naik 4,47 triliun won ketimbang tahun sebelumnya. Penyebabnya, yakni pertumbuhan investasi properti, saham, dan kripto.
“Mereka meminjam secara berlebihan untuk real estate di tengah melonjaknya harga aset. Generasi muda telah mengubur diri mereka dalam investasi saham dan membeli kripto,” ujar politikus Partai Demokrat Korea, Kim Han-jeong.
Secara rinci, pinjaman untuk rumah bertambah 3,17 triliun won menjadi 18,3 triliun won; sedangkan pinjaman kredit naik 1,29 triliun won menjadi 7,67 triliun won dalam setahun.
3. Dampak Jangka Panjang Ketimpangan Finansial Korsel
Seakan tak cukup, ada ketimpangan pula di antara masyarakat kelas atas dan bawah. Menurut laporan laman berita lokal MoneyToday, dikutip The Conversation, 20 persen penghasil pendapatan teratas Korsel memiliki kekayaan bersih 166 kali lipat lebih tinggi daripada 20 persen penghasil upah terbawah. Perbedaan itu meningkat setengahnya sejak 2017.
Dalam jangka panjang, BOK khawatir kalau ketimpangan finansial tersebut dapat menjadi kerikil bagi pertumbuhan ekonomi nasional.