Penjualan Gucci Merosot, Laba Grup Kering Terjun Bebas

Permintaan terus anjlok di pasar Asia.

Penjualan Gucci Merosot, Laba Grup Kering Terjun Bebas
Ilustrasi Fashionista dengan tas tangan dan gesper Gucci. Shutterstock/Creative Lab
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Kering, grup mewah asal Prancis, tengah mewaspadai penurunan laba signifikan, sebab penjualan merek andalannya, Gucci, tengah anjlok seiring lesunya permintaan Barang Mewah terutama di pasar Asia.

Pada Rabu (23/10), Kering mengumumkan bahwa laba operasionalnya tahun ini diperkirakan turun hampir 46 persen menjadi sekitar €2,5 miliar, lebih rendah dari perkiraan analis yang mencapai €2,85 miliar. Ini merupakan tingkat terendah dalam delapan tahun terakhir dan lebih buruk dibandingkan masa puncak pandemi pada tahun 2020. 

Gucci, yang menyumbang sekitar setengah dari pendapatan grup, mengalami penurunan penjualan sebesar 25 persen pada kuartal ketiga tahun ini. Analis sebelumnya memperkirakan penurunan penjualan sebesar 20,66 persen. Untuk seluruh grup, penjualan turun 16 persen menjadi €3,8 miliar, di bawah ekspektasi analis yang memprediksi pendapatan sebesar €3,96 miliar.

"Kami sangat menyadari bahwa kami sedang melakukan transformasi radikal di Gucci dalam lingkungan yang jauh dari ideal," ujar Armelle Poulou, Direktur Keuangan Kering, kepada para analis, melansir Financial Times pada Kamis (24/10).

Ia juga mencatat bahwa permintaan melemah tidak hanya di Cina tetapi juga di Jepang dan kawasan Asia-Pasifik lainnya. Pendapatan dari pelanggan Cina dilaporkan turun sekitar 35 persen.

Tantangan besar grup Kering

Tak hanya penurunan penjualan, Kering menghadapi tantangan ganda di tengah upaya pemulihan merek Gucci, yang pernah menjadi kekuatan besar di bawah desainer sebelumnya, Alessandro Michele. 

Tekanan kini semakin kuat pada CEO Kering, François-Henri Pinault, untuk membenahi masalah fundamental Gucci dan mengembalikan kejayaan merek tersebut.

Awal bulan ini, Kering menunjuk Stefano Cantino sebagai CEO baru Gucci. Cantino, mantan eksekutif Vuitton dan Prada, akan bertugas memperbaiki kinerja Gucci yang menurun bersama desainer Sabato de Sarno mulai awal tahun depan.

Penurunan ini menjadi peringatan bagi industri mewah secara keseluruhan, dengan LVMH dan L'Oréal juga melaporkan pertumbuhan yang mengecewakan akibat permintaan yang lesu di Cina.

Sebagai gambaran, LVMH melaporkan penurunan penjualan sebesar 3 persen pada kuartal ketiga tahun ini, meleset dari ekspektasi. Penurunan ini menjadi yang pertama sejak pandemi, terutama dipicu oleh melemahnya permintaan di pasar Cina dan Jepang, yang memperburuk kekhawatiran investor. 

LVMH mencatatkan pendapatan sebesar 19,08 miliar euro (sekitar US$20,8 miliar) selama tiga bulan yang berakhir pada September. Angka ini turun 3 persen secara organik setelah memperhitungkan dampak nilai tukar mata uang, akuisisi, dan divestasi. 
 

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil