Rupiah Menguat, Pasar Optimis The Fed Pangkas Suku Bunga

Rupiah naik 41 poin, didorong ekspektasi pelonggaran The Fed

Rupiah Menguat, Pasar Optimis The Fed Pangkas Suku Bunga
Dok. Shutterstock/Herwin Bahar
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Rupiah menguat 41 poin atau sekitar 0,25 persen menjadi Rp16.310 per dolar AS.
  • Indeks dolar AS turun ke 108,060 dari puncaknya di 109,880 pada awal pekan.
  • Harga emas mencetak rekor tertinggi baru di US$2.848 per ons, didorong oleh pelemahan dolar AS dan penurunan imbal hasil obligasi.

Jakarta, FORTUNE - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat pada Rabu (5/1), seiring dengan meningkatnya ekspektasi pemangkasan Suku Bunga oleh Federal Reserve (The Fed). Tren ini mencerminkan sentimen positif di pasar keuangan domestik yang dipicu oleh kebijakan moneter global.

Menurut data Bloomberg pada pukul 09.09 WIB di pasar spot exchange, Rupiah Menguat 41 poin atau sekitar 0,25 persen, mencapai Rp16.310 per dolar AS. Sebelumnya, pada perdagangan Senin (3/2), rupiah juga mencatatkan penguatan signifikan sebesar 97 poin atau sekitar 0,59 persen, ditutup pada level Rp16.351 per dolar AS.

Di sisi lain, indeks dolar AS tercatat mengalami kenaikan tipis sebesar 0,03 poin atau 0,03 persen, berada di level 107,9. Namun, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun menunjukkan penurunan 8 basis poin, turun ke level 4,51 persen. Penurunan ini menunjukkan adanya peningkatan minat investor terhadap instrumen yang lebih aman di tengah harapan pemangkasan suku bunga.

Dolar AS mulai kehilangan sebagian kekuatannya setelah para investor menilai peluang The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneter semakin besar. Kondisi ini memicu reli di pasar obligasi AS, menunjukkan bahwa pasar merespons positif prospek pelonggaran kebijakan tersebut.

Selain itu, sentimen pasar juga dipengaruhi oleh kebijakan moderat dari Tiongkok terkait penambahan tarif 10 persen yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump. Tarif ini hanya mencakup impor AS senilai US$14 miliar, yang dianggap sebagai langkah ringan oleh banyak analis.

"Langkah-langkah ini tergolong cukup ringan dibandingkan kebijakan AS dan tampaknya dirancang untuk mengirim pesan tanpa menyebabkan kerusakan yang terlalu besar," kata Kepala Ekonom China di Capital Economics, Julian Evans-Pritchard, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Meski demikian, Evans-Pritchard juga mengingatkan adanya risiko bahwa pembalasan Tiongkok yang terlalu moderat mungkin tidak cukup untuk menekan AS agar mencabut tarif tersebut, namun cukup untuk memicu eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang antara kedua negara.

Beijing turut mendukung sentimen pasar dengan menetapkan nilai tukar yuan yang kuat, mengurangi kekhawatiran pasar bahwa mereka akan membiarkan mata uangnya melemah guna mengimbangi dampak tarif terhadap ekspor mereka. Kebijakan ini mendorong saham-saham unggulan di China naik sebesar 0,7 persen setelah pasar kembali dibuka usai libur.

Sejalan dengan penguatan rupiah, indeks dolar turun ke 108,060 dari puncaknya di 109,880 pada awal pekan. Euro juga menunjukkan penguatan, naik ke US$1,0384 dari level terendah dua tahunnya di US$1,0125. Dolar AS turut melemah terhadap yen Jepang, turun 0,5 persen ke level terendah tujuh minggu di 153,49, melewati level support 153,72.

Di pasar komoditas, harga emas mencetak rekor tertinggi baru di US$2.848 per ons. Penguatan harga emas ini didorong oleh pelemahan dolar AS dan penurunan imbal hasil obligasi, yang membuat logam mulia ini semakin menarik bagi para investor sebagai aset lindung nilai.

Secara keseluruhan, penguatan rupiah dan pergerakan pasar global ini mencerminkan dinamika yang dipengaruhi oleh kebijakan moneter The Fed serta respons dari Tiongkok terhadap kebijakan perdagangan AS.

Mata uang Asia dan Eropa

Beijing turut mendukung sentimen pasar dengan menetapkan nilai tukar yuan yang kuat, mengurangi kekhawatiran pasar bahwa mereka akan membiarkan mata uangnya melemah guna mengimbangi dampak tarif terhadap ekspor mereka. Kebijakan ini mendorong saham-saham unggulan di China naik sebesar 0,7 persen setelah pasar kembali dibuka usai libur.

Sejalan dengan penguatan rupiah, indeks dolar turun ke 108,060 dari puncaknya di 109,880 pada awal pekan. Euro juga menunjukkan penguatan, naik ke US$1,0384 dari level terendah dua tahunnya di US$1,0125. Dolar AS turut melemah terhadap yen Jepang, turun 0,5 persen ke level terendah tujuh minggu di 153,49, melewati level support 153,72.

Di pasar komoditas, harga emas mencetak rekor tertinggi baru di US$2.848 per ons. Penguatan harga emas ini didorong oleh pelemahan dolar AS dan penurunan imbal hasil obligasi, yang membuat logam mulia ini semakin menarik bagi para investor sebagai aset lindung nilai.

Secara keseluruhan, penguatan rupiah dan pergerakan pasar global ini mencerminkan dinamika yang dipengaruhi oleh kebijakan moneter The Fed serta respons dari Tiongkok terhadap kebijakan perdagangan AS.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

IDN Channels

Most Popular

4 Petinggi Erajaya (ERAA) Kompak Mundur, Sahamnya Memerah!
Diskon Tarif Listrik Berandil pada Deflasi 0,76 Persen Januari 2025
Daftar Harga Gas LPG dan Bright Gas Februari 2025
BBRI akan Buyback Saham Rp3 Triliun, Kapan Jadwalnya?
Jadi DPO, Adrian Gunadi Masuk Red Notice Interpol & Paspor Dicabut
GOTO dan Grab Bicarakan Merger pada 2025, Makin Intensif