Laba ABM (ABMM) Lo Kheng Hong Turun 51%, Saham Tertekan

Saham ABM tertekan 6,5 persen pada Senin, 30 September.

Laba ABM (ABMM) Lo Kheng Hong Turun 51%, Saham Tertekan
Logo ABM Investama. (Website ABM Investama)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Laba bersih ABMM turun 51,60% di paruh I 2024, sahamnya tertekan 6,58% pada Senin (30/9).
  • Pendapatan dari kontrak dengan pelanggan ABMM terkoreksi 24,80% (YoY) dari US$763,18 juta menjadi US$573,90 juta.
  • Pendapatan mayoritas berasal dari segmen bisnis kontraktor tambang dan tambang batu bara, turun 31,75% (YoY) dari periode yang sama di 2023.

Jakarta, FORTUNE - Laba bersih emiten pertambangan afiliasi Lo Kheng Hong, PT ABM Investama Tbk (ABMM), tergerus 51,60 persen (YoY) di paruh I 2024. Saham ABMM pun tertekan 6,58 persen pada Senin (30/9).

Dikutip dari IDX Mobile, ABMM diperdagangkan di harga Rp4.260 pada Senin pukul 16.36 WIB, setelah dibuka di harga Rp4.520 pada awal perdagangan tadi. Padahal, pada Jumat (27/9) lalu, ABMM menguat 5,07 persen di akhir perdagangan.

Itu berkaitan dengan pelemahan kinerja perseroan. Yang mana, laba bersihnya di semester I 2024 hanya berjumlah US$91,24 juta, menurun dari US$188,52 juta pada periode serupa di 2023.

Laba per saham dasar yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pun melemah dari US$0,06848 menjadi US$0,03314. Adapun, Lo Kheng Hong terpantau mempunyai 147,51 juta saham ABMM atau 5,358 persen per akhir Agustus 2024. 

Sejalan dengan itu, pendapatan dari kontrak dengan pelanggan ABMM pun terkoreksi 24,80 persen (YoY) dari US$763,18 juta pada paruh I 2023, menjadi US$573,90 juta pada periode yang sama di 2024. 

Secara mendetail, pendapatan ABBM mayoritas berasal dari segmen bisnis kontraktor tambang dan tambang batu bara, yakni berjumlah US$425,76 juta atau 74,18 persen dari seluruh pendapatan perseroan. Angka itu lebih rendah sebesar 31,75 persen (YoY) dari periode yang sama di 2023.

Berdasarkan geografis, pendapatan terbesar datang dari pasar domestik, yakni senilai US$549,15 juta, turun dari US$626,23 juta pada periode yang sama di 2023.

Pasar kedua terbesarnya adalah Tiongkok, dengan kontribusi pendapatan sebesar US$23,72 juta, menurun juga dari US$71,20 juta. Selain itu, penjualan lain senilai US$1,03 juta berasal dari negara lainnya.

Yang paling signifikan adalah, pada paruh I 2024, ABMM tak mencatatkan penjualan ke India, padahal pada 2023, terdapat pemasukan senilai US$35,65 juta ke negara itu.

Seiring dengan pelemahan pendapatan, beban pokok pendapatan ABMM pun menurun 1,92 persen (YoY) menjadi US$511,31 juta. 

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Maret 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

Most Popular

Harga BBM Terbaru per 30 September 2024, Untuk Semua Wilayah
Waspada IHSG Terkoreksi, Dibayangi Sejumlah Sentimen
Daftar Pemegang Saham Tol Transjawa Setelah Divestasi JSMR
Kurs Rupiah ke Dolar Hari Ini, 30 September 2024: Turun 5 Poin
Permata Bank Luncurkan Logo Baru, Ikuti Logo Bangkok Bank
MLPT Ungkap Strategi Dongkrak Layanan Publik Dengan AI