Perkuat Inovasi, Phapros Gandeng Mitra Strategis Lintas Sektoral
Inovasi pun berdampak pada kemajuan PT Phapros Tbk.
Jakarta, FORTUNE – Emiten farmasi, PT Phapros Tbk (PEHA), menggandeng mitra strategis lintas sektoral untuk meningkatkan inovasi berkelanjutan. Strategi ini diharapkan berdampak terhadap pertumbuhan kinerja perusahaan.
Corporate Secretary Phapros, Zahmilia Akbar, mengatakan bahwa selama ini perusahaan sudah melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, seperti lembaga penelitian maupun universitas. “Sudah banyak antrian hilirisasi riset yang ditawarkan kepada Phapros. Bagi kami, kerja sama lintas sektoral ini harus industri lain juga sehingga kita bisa membentuk ekosistem yang lebih kuat dan sehat,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (19/10).
Phapros telah bekerja sama dengan kampus-kampus ternama di Indonesia seperti Universitas Hasanuddin, Universitas Airlangga dan Universitas Gadjah Mada. “Untuk UGM kerja sama yang telah terjalin misalnya untuk hilirisasi alat kesehatan, Salah satunya alat untuk membantu mengeluarkan cairan dari kepala anak-anak penderita hidrosefalus, bernama Inashunt,” katanya.
Pertumbuhan ekonomi
Bagi Zahmilia, inovasi yang dilakukan Phapros akan membawa kemajuan bagi perusahaan, apalagi Indonesia memiliki sumber daya yang sangat besar yang bisa dimanfaatkan, utamanya melalui teknologi. Dengan begitu, perusahaan bisa berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
“Kami juga menggandeng berbagai industri lain dari UMKM hingga industri skala besar yang dapat mendukung sustainability dari proses hilirisasi riset yang dilakukan atas alat kesehatan, bahan baku, tanaman herbal yang nantinya akan menjadi produk komersialisasi Phapros. Tentu, semua ini membutuhkan inovasi teknologi,” kata Zahmilia.
TKDN
Selain melakukan inovasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, Zahmilia Phapros juga ikut berpartisipasi dalam mengurangi ketergantungan pada produk impor di sektor industri farmasi dengan meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Diketahui, 90 persen bahan baku farmasi masih impor dari China, India, Eropa dan Amerika karena di Indonesia belum banyak produsen bahan baku obat. "Karena itu kami mencoba menggunakan bahan baku lokal untuk produk-produk tertentu. Bahkan, untuk bahan kemas produk Phapros, sudah lebih dari 80 persen menggunakan material lokal,” ujar Zahmilia.
Green manufacturing
Dukungan pada program pemerintah lainnya juga dilakukan Phapros salah satunya untuk mengurangi emisi gas karbon dengan mengubah pola bisnis menjadi green manufacturing. Dengan inovasi teknologi, perusahaan memulai proses bisnis ramah lingkungan ini dari proses produksi hingga produk jadi.
Sektor farmasi merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah pada masyarakat, baik dalam bentuk asap maupun buangan limbah. Oleh karenanya, sejak delapan tahun yang lalu Phapros sudah melakukan beberapa program terkait sustainability, dari sisi energi terbarukan sejak 2019 Phapros telah menggunakan solar panel untuk sumber energi.
"Kami juga menggunakan Compressed Natural Gas (CNG) untuk menggantikan bahan bakar minyak yang selama ini digunakan,” ujarnya.