Ekspansi Pasar, Gunung Raja Paksi Ekspor Baja Rp31,12 M ke Kanada
Baja yang diekspor untuk mendukung pembangunan infrastruktur
Jakarta, FORTUNE - Emiten produsen Baja, PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) memperluas ekspansi pasar baja ke beberapa negara. Perseroan mengEkspor 1.500 metrik ton (MT) baja struktur senilai US$2 juta atau sekitar Rp31,12 miliar ke Kanada untuk pembangunan proyek Infrastruktur di sana.
Presiden Direktur GRP Fedaus mengatakan, produk baja struktural yang diekspor GRP pada awal tahun ini untuk mendukung pembangunan proyek Yukon Bridge. “Dengan Weather Resistance Grade, produk ini mengandung penambahan nikel untuk ketahanan korosi, menjadikannya pilihan ideal untuk konstruksi jembatan dalam cuaca ekstrem,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa (16/1).
Ekspansi pasar ekspor baja tersebut, menjadi strategi GRP memperkuat posisi Indonesia di pasar global. ”Komitmen kami tidak hanya pada peningkatan kualitas produk baja, tetapi juga pada peran dalam mendukung pembangunan infrastruktur di skala internasional,” ujarnya.
Menurut Fedaus, kontribusi GRP pada penguatan industri besi dan baja di Indonesia tidak hanya berupa nilai ekspor, tapi juga dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Sepanjang 2023, GRP membukukan ekspor baja sebesar US$25 miliar. Pada Maret 2022, GRP melakukan ekspor baja struktur sejumlah 700 MT atau senilai US$1 juta ke Arizona, Amerika Serikat.
Pada September 2020, GRP juga melakukan ekspor perdana baja struktur ke Vancouver, Kanada sebanyak 4.600 ton atau senilai US$4,7 juta. Aksi ini terjadi di tengah krisis pandemi Covid-19.
Pertumbuhan industri
Kementerian Perindustrian mengatakan, realisasi ekspor GRP menunjukkan kualitas produk baja dalam negeri telah diakui dunia sehingga dapat menembus pasar internasional.
Industri manufaktur nasional semakin percaya diri memperluas pasar ekspornya, didukung kualitas produk lokal yang kian berdaya saing dan permintaan pasar ekspor yang terus meningkat, sehingga mendorong optimalisasi produktivitas perusahaan.
“Salah satu subsektor manufaktur yang memiliki kinerja gemilang di tengah perlambatan ekonomi global adalah industri logam dasar. Apalagi, industri logam dasar dikenal sebagai mother of industry, yang selama ini telah berperan penting memacu pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Staf Ahli Bidang Iklim Usaha dan Investasi Kementerian Perindustrian, Doddy Rahadi di Cikarang Barat, Bekasi, Senin (15/1).
Kemenperin mencatat, pada triwulan III 2023, industri logam dasar tumbuh 10,86 persen secara tahunan (yoy). Capaian ini melampaui jauh dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,94 persen dan kinerja industri pengolahan nonmigas yang tumbuh berada di angka 5,02 persen.
“Pertumbuhan industri pengolahan nonmigas, khususnya sektor logam dasar ditopang oleh tingginya permintaan, di mana performa positif dari sektor industri logam dasar tersebut didukung oleh peningkatan permintaan pasar khususnya ekspor,” katanya.
Guna meningkatkan kemampuan industri logam dasar nasional, Kemenperin mendorong sektor ini aktif berinovasi melalui penggunaan teknologi seiring dengan perkembangan industri 4.0 untuk menciptakan diversifikasi produk sesuai kebutuhan pasar.
“Industri baja merupakan sektor esensial bagi pengembangan sektor industri penting lainnya, di antaranya konstruksi, alat transportasi, energi, alat pertahanan, infrastruktur, termasuk juga proyek pembangunan IKN,” ujarnya.
Selain itu, Kemenperin telah menerapkan berbagai kebijakan strategis seperti optimalisasi pengendalian impor, penerapan TKDN, verifikasi kemampuan industri baja nasional, promosi investasi produk baja, pengenaan tarif maupun tindakan non-tarif, penerapan SNI, serta pemberian fasilitas fiskal dan non-fiskal.