Meski Pendapatan Q4 SMRA Anjlok, Labanya pada 2023 Tumbuh 22 Persen
Pendapatannya juga tumbuh double digit.
Fortune Recap
- PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) mencatatkan laba bersih Rp765,96 miliar sepanjang 2023, naik 22,5% dari tahun sebelumnya.
- Pendapatan tumbuh 16,4% menjadi Rp6,65 triliun, didorong oleh penjualan segmen pengembangan properti dan segmen properti investasi.
- Laba kuartalan pada periode Oktober-Desember 2024 turun 48,5% menjadi Rp113 miliar disebabkan oleh pendapatan yang juga turun.
Jakarta, FORTUNE - PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) membukukan laba bersih Rp765,96 miliar sepanjang 2023, sebuah kenaikan 22,5 persen dari pencapaian pada tahun sebelumnya (year on year/yoy) yang sebesar Rp635,37 miliar.
Perolehan laba tersebut didorong oleh pendapatan yang tumbuh 16,4 persen dari Rp5,71 triliun pada 2022 menjadi Rp6,65 triliun pada tahun lalu.
Kenaikan tersebut ditopang oleh penjualan segmen pengembangan Properti yang tumbuh 14,7 persen dari Rp3,52 triliun menjadi Rp4,04 triliun, dan segmen properti investasi yang tumbuh 16,8 persen dari Rp1,48 triliun menjadi Rp1,73 triliun.
Namun, beban pokok penjualan dan beban langsung juga naik dengan persentase 21,4 persen dari Rp2,71 triliun menjadi Rp3,29 triliun.
Perusahaan tersebut juga membukukan kenaikan pada beban penjualan dari Rp321,56 miliar menjadi Rp420,76 miliar. Kemudian, beban umum dan administrasi naik dari Rp952,34 triliun menjadi Rp1,03 triliun; penghasilan operasi lain naik dari Rp16,37 miliar menjadi Rp18,34 miliar, dan beban operasi susut dari Rp33,81 miliar menjadi Rp6,73 miliar.
Laba usahanya meningkat dari Rp1,70 triliun pada akhir 2022 menjadi Rp1,91 triliun pada tahun lalu.
Pendapatan keuangan perusahaan naik dari Rp158,23 miliar menjadi Rp180,73 miliar, biaya keuangan turun dari Rp857,10 miliar menjadi Rp756,96 miliar, dan laba pada ekuitas entitas asosiasi naik dari Rp9,30 miliar menjadi Rp9,95 miliar.
Dengan demikian, laba sebelum beban pajak final dan PPh Badan naik dari Rp1,01 triliun menjadi Rp1,34 triliun, diikuti beban pajak final yang naik dari Rp243,20 miliar menjadi Rp287,21 miliar.
Sedangkan laba sebelum beban PPh Badan naik dari Rp774,64 miliar menjadi Rp1,05 triliun, demikian pula dengan laba tahun berjalan yang melesat dari Rp771,74 miliar menjadi Rp1,05 triliun setelah dikurangi beban PPh neto yang turun dari Rp2,90 miliar menjadi Rp499,53 juta.
Secara kuartalan, terjadi penurunan laba pada periode Oktober-Desember 2024.
Perseroan hanya membukukan laba bersih Rp113 miliar atau turun 48,5 persen secara kuartalan dan minus 64,2 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.
Penurunan laba bersih pada kuartal terakhir disebabkan oleh pendapatan yang hanya mencapai Rp1,6 triliun atau turun 25,4 persen dari kuartal III-2023 dan merosot 4,7 persen dari kuartal IV-2022.