Jakarta, FORTUNE – Manajemen Sea Limited akhirnya buka suara soal penurunan harga saham perseroan yang terjadi belakangan ini. Sejak akhir tahun lalu, perusahaan induk dari Shopee, Garena, dan SeaMoney tersebut telah kehilangan valuasi US$150 miliar atau sekitar Rp2.145 triliun.
"Penurunan ini menyakitkan, dan Anda mungkin merasa frustrasi, berkecil hati, atau khawatir tentang masa depan Sea," begitu pernyataan resmi CEO Sea Limited, Forrest Li, dalam sebuah email kepada karyawan yang dilihat oleh Bloomberg News, seperti dikutip dari The Business Times, Selasa (15/3).
Dalam memo 900 kata tersebut, Forrest Li membahas soal kemerosotan harga saham perseroan dengan nada penyesalan. Namun, ia meminta para karyawannya untuk tetap optimistis menatap bisnis Sea di masa depan. “Jangan takut. kami berada dalam posisi yang kuat secara internal, dan kami jelas pada langkah kami selanjutnya. Ini adalah rasa sakit jangka pendek yang harus kami tanggung untuk benar-benar memaksimalkan potensi jangka panjang kami,” ujarnya.
Surat resmi Forrest Li tersebut dianggap tidak biasa dan menggarisbawahi perubahan yang sedang berlangsung pada raksasa game dan e-commerce itu.
Kinerja Sea Limited: rugi membengkak
Sea Limited pada awal bulan ini mengumumkan kinerja tahun lalu. Perseroan yang berbasis di Singapura tersebut menangguk total pendapatan US$9,96 miliar, atau meningkat 127,5 persen dari US$4,38 miliar pada 2020.
Perusahaan sama bersandar pada tiga lini bisnis, yaitu: digital entertainment, e-commerce dan jasa lainnya, dan penjualan barang (sales of goods). Aspek hiburan digital, misalnya, tumbuh 114,3 persen menjadi US$4,32 miliar. Lalu, penjualan e-commerce dan jasa lainnya mencapai US$4,56 miliar, atau naik 156,8 persen ketimbang tahun sebelumnya. Sedangkan, penjualan barang meningkat 83,8 persen menjadi US$1,07 miliar.
Namun, Sea Limited di saat sama juga mengalami kenaikan sejumlah beban. Sebagai misal, beban e-commerce dan jasa lainnya meningkat 119,4 persen menjadi US$3,83 miliiar. Lalu, beban hiburan digital dan beban penjualan barang masing-masing naik 75,1 persen dan 72,8 persen. Itu belum termasuk beban penjualan dan pemasaran, beban administrasi dan umum, dan beban penelitian dan pengembangan yang turut meningkat.
Pada akhirnya, Sea Limited di periode sama membukukan rugi bersih hingga US$2,04 miliar, membengkak 25,8 persen dari US1,62 miliar pada tahun sebelumnya. Sebagai perbandingan, kerugian perusahaan tersebut pada 2019 mencapai US$1,46 miliar.
“Pada 2021, kami terus fokus pada pertumbuhan berkelanjutan dan melayani permintaan dan kebutuhan komunitas kami yang tumbuh pesat. Dengan skala pertumbuhan, kepemimpinan pasar, dan saldo kas yang kuat, kami yakin berada di posisi tepat untuk meningkatkan efisiensi dan mengelola bisnis demi mencapai profitabilitas pada 2022 dan seterusnya,” kata Forrest Li.
Perkembangan bisnis Sea
Sea Limited memang tengah menemui banyak tantangan akhir-akhir ini. Gim Free Fire dari Garena harus menghadapi larangan pemblokiran yang tiba-tiba diberlakukan oleh pemerintah India Februari lalu. Sedangkan, Shopee belum lama ini memutuskan untuk menyetop bisnis di Prancis.
Para manajer dana dalam beberapa bulan terakhir juga mulai mendesak Sea untuk lebih transparan tentang strategi dan angkanya, menurut orang yang mengetahui masalah tersebut, demikian The Business Times.
"Jika bukan karena penurunan harga saham, Sea mungkin tidak akan mengungkapkan begitu banyak metrik," kata Kelvin Seetoh, pemegang saham dan salah satu pendiri grup investor 10X Capital yang berbasis di Singapura. "Mereka bisa melakukan ini untuk memungkinkan investor memahami bisnis mereka dengan lebih baik, dan itu belum terlambat."
Kepada Bloomberg, manajemen Sea Limited menyebut adanya pengungkapan tambahan mencerminkan pertumbuhan dan evolusi bisnis perseroan.
"Seiring bisnis kami terus tumbuh dan berkembang di seluruh dunia, kami terus membagikan informasi yang relevan tentang perubahan itu dan kinerja kami yang konsisten dengan komitmen jangka panjang kami kepada investor kami," demikian pernyataan resmi Sea.