MARKET

Melemah 1,17% Pekan Lalu, IHSG Diprediksi Masih Tertekan

Sentimen eksternal akan mempengaruhi IHSG.

Melemah 1,17% Pekan Lalu, IHSG Diprediksi Masih TertekanPerdagangan IHSG setelah lebaran. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/pras)
15 May 2023

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi 1,17 persen sepanjang pekan lalu. Bagaimana dengan pekan ini? 

Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova memproyeksikan IHSG masih dalam tekanan. Menurutnya, secara teknikal, IHSG bisa saja Kembali menguat menuju level support bila berhasil menembus angka 6.706. Tapi, kemungkinan besar IHSG masih akan melemah seperti penutupan akhir pekan lalu.

Ia pun memproyeksi IHSG bergerak di rentang support 6.706 dan resistance 6.825 hari ini. “Berdasarkan indicator MACD (moving average convergence divergence) menandakan momentum bearish,” katanya dalam riset hariannya, Senin (15/5).

Untuk perdagangan hari ini, Ivan merekomendasikan beberapa saham yang bisa dicermati oleh investor, yakni ADRO (buy on weakness), BBCA (buy on weakness), BRPT (buy on weakness), ESSA (speculative buy), dan INCO (buy on weakness).

Senada, CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya juga mengatakan IHSG berpotensi melemah hari ini.

Menurutnya, pekan pendek yang akan dilalui oleh IHSG terlihat masih betah berada dalam rentang konsolidasi wajar. Gelombang tekanan dalam pola gerak IHSG terlihat belum berakhir karena sentimen dari fluktuasi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS serta harga komoditas masih akan berdampak.

Sentimen eksternal

Sementara itu, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih mengatakan pergerakan IHSG yang terkontraksi tersebut mayoritas dipengaruhi oleh sentimen eksternal. Salah satunya, laju inflasi di Amerika Serikat (AS). 

Inflasi tahunan AS pada April 2023 hanya mengalami sedikit penurunan di level 4,9 persen yoy dari bulan sebelumnya yang sebesar lima persen yoy. "Angka inflasi yang cenderung masih tinggi berpotensi memberikan sinyal kenaikan suku bunga yang belum berakhir oleh The Fed," kata Ratih.

Sementara itu, negara mitra dagang terbesar Indonesia lainnya, yaitu Tiongkok belum terlihat pulih sepenuhnya. Pasalnya angka inflasi kembali tumbuh lebih lambat dibandingkan periode sebelumnya.

Inflasi tahunan Tiongkok pada April 2023 di level 0,1 persen yoy, sedangkan pada bulan sebelumnya sebesar 0,7 persen yoy, masih di bawah target Bank Sentral China (PBoC) sebesar tiga persen. "Rilis data ekonomi global menandakan momentum pelemahan ekonomi. Hal tersebut dapat mempengaruhi sektor industri barang baku dan energi," kata Ratih.

Faktor Domestik

Berlawan dengan kondisi ekonomi global, perekonomian domestik memperlihatkan momentum positif, di mana kokohnya konsumsi domestik menjadi penopang di tengah ekspor yang cenderung melandai. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada April 2023 tercatat di level 126,1 poin, lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 123,3 poin. 

Tingginya optimisme konsumen sejalan dengan inflasi yang terkendali. Pada April 2023, inflasi tahunan berada di level 4,33 persen yoy, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 4,97 persen yoy.

Menurut Ratih, katalis pergerakan IHSG minggu ini adalah rilis data neraca perdagangan yang diproyeksikan melambat seiring dengan turunnya permintaan ekspor. Selain itu, secara global rilis inflasi di kawasan eropa menggambarkan arah kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) dan momentum pertumbuhan ekonomi di negara maju. 

"Pergerakan IHSG pekan depan diproyeksikan bergerak mixed dengan support 6.680 dan resistance 6.825," ujar Ratih. 

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.