MARKET

Dilema Arah Kebijakan Moneter BI, Turunkan Atau Pertahankan Bunga?

Bunga acuan BI diprediksi pada level 5,50 di akhir 2024.

Dilema Arah Kebijakan Moneter BI, Turunkan Atau Pertahankan Bunga?Ilustrasi Bank Indonesia dalam Uang/Shutterstock E.S Nugraha
05 November 2024

Fortune Recap

  • Bank Indonesia (BI) menghadapi dilema menentukan suku bunga acuan, ingin menurunkan untuk dukung pertumbuhan ekonomi, tapi khawatir keluarnya modal asing dan tekanan global.
  • Bunga acuan BI diprediksi turun hingga 5,50-5,75% akhir 2024, memperpanjang insentif makroprudensial, memberikan insentif pinjaman di sektor-sektor potensial lapangan kerja.
  • Pertumbuhan ekonomi RI melambat menjadi 4,95%, potensi penurunan bunga acuan BI besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya beli yang melemah.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia (BI) bakal menghadapi dilema dalam menentukan kebijakan Suku Bunga Acuan pada dua bulan terakhir tahun 2024 untuk menurunkan atau mempertahankan suku bunga acuan 6,00 persen. 

Bagai buah simalakama, BI ingin menurunkan suku bunga acuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi domestik yang menghadapi tekanan dari pelemahan daya beli hingga mengikuti tren suku bunga global. 

"Namun demikian,  penurunan suku bunga dapat memicu keluarnya modal asing, mengingat kondisi global yang bergejolak dan tren dolar AS yang kuat," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada Fortune Indonesia, (5/11). 

Apalagi, Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (Fed) diprediksi masih akan memangkas bunga acuan 25 basis poin (bps) untuk mengantisipasi Pilpres pada pekan depan. 

Seperti diketahui, pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada bulan Oktober 2024, bank sentral RI ini mempertahankan suku bunga acuan di level 6,00 persen setelah sebelumnya melakukan penurunan sebesar 25 bps pada bulan September. 

Josua menyatakan, BI memilih untuk berhati-hati dalam Kebijakan Moneter, terutama mempertimbangkan risiko geopolitik yang meningkat, naiknya imbal hasil obligasi AS, dan penguatan dolar AS. 

"Fokus utama BI adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, meskipun dukungan terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi juga tetap menjadi prioritas," kata Josua. 

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.