Depo Bangunan dan BINO Group Resmi Tercatat di BEI, Jual Jutaan Saham
Keduanya resmi menjadi perusahaan terbuka.
Jakarta, FORTUNE - Dua perusahaan resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni PT Caturkarda Depo Bangunan Tbk (DEPO) dan PT Perma Plasindo Tbk (BINO), Kamis (25/11). Demikian menurut keterangan PT BEI kepada pers.
Pelopor toko serba ada bahan bangunan di indonesia, Depo Bangunan menunjuk PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Sementara itu, produsen ATK (alat tulis kantor) Bantex, BINO, mengamanahkan posisi itu kepada PT Semesta Indovest Sekuritas dan Phillip Sekuritas Indonesia.
Secara terperinci, berapakah jumlah saham yang kedua perusahaan tawarkan di pasar modal? Lalu, bagaimana perusahaan akan memanfaatkan modal yang terkumpul dari proses penggalangan dana di bursa? Mari simak rangkuman informasi Fortune Indonesia berikut.
IPO Depo Bangunan: Jumlah Saham dan Penggunaan Modal
Mengacu pada prospektus, Depo bangunan menawarkan 1,024 juta lembar saham atau 15 persen dari total saham yang dicatatkan. Dengan harga Rp482 per saham, perseroan berpotensi meraup dana sejumlah Rp493,57 miliar.
Perusahaan akan memanfaatkan 18 persen dana untuk menambah gerai ritel di lokasi potensial, meningkatkan jumlah produk house brand, dan mengembangkan saluran penjualan daring. “Kami menargetkan membuka tiga gerai baru dengan standar ukuran luas kurang lebih 4.000 meter persegi setiap tahunnya,” ujar Corporate Secretary Depo Bangunan, Erwan Irawan dalam keterangan resminya, Kamis (25/11).
Lebih lanjut, 8 persen dana akan perusahaan pakai untuk membayar utang perbankan; 41 persen untuk investasi ke anak perusahaan; dan 33 persen untuk menambah modal kerja pendukung operasional bisnis.
Secara fundamental, Depo Bangunan mencatatkan performa apik selama pandemi. Laba bersih perseroan naik 14 persen sepanjang 2020. Per Juni 2021, nilai laba bersihnya mencapai Rp47,14 miliar dengan penjualan Rp1.167,42 miliar.
Perincian IPO Pemilik Merek Bantex
Di sisi lain, BINO Group melepas 435 juta saham yang setara 20 persen dari total modal disetor dan ditempatkan. Di bursa, perusahaan memperdagangkan saham seharga Rp138 per lembar. Dengan demikian, perseroan berpeluang mengantongi dana Rp60 miliar.
Dari total dana terkumpul, perusahaan akan menggunakan 63 persen di antaranya untuk melunasi utang kepada pihak ketiga. Sebelumnya, perseroan berutang untuk membeli aset tanah dan bangunan demi memenuhi kebutuhan operasional.
“Sisa dana sekitar 37 persen akan kami gunakan untuk pembelian mesin dan menambah modal kerja,” tulis manajemen dalam keterangan persnya.
Di Indonesia, Bantex beroperasi sejak 1986 di bawah BINO Group. Setelah lika-liku selama lebih dari 35 tahun, perseroan menjadi salah satu pemain utama di pasarnya. Berasal dari Eropa, Bantex telah menyebar ke lebih dari 70 negara di enam dunia.
Selain Bantex, BINO Group juga mendistribusikan ATK ternama lain, seperti Elba, Linex, Apli, Lyra, Xyron, Canson, Giotto, Bola Dunia, dan Sinar Dunia. Perseroan menjalankan bisnis itu di kantor dan pusat distribusi seluas 25.000 meter persegi di Kawasan Industri Sentul. Ditambah dengan tiga pabrik di Sentul, Klaten, dan Batam. Hingga kini, BINO Group mempunyai 12 cabang, 6 distributor, 9 POS, dan 2 DC dalam jaringannya.