Harga Ayam Mulai Turun, Bagaimana Prospek Emiten Perunggasan?
Mirae Asset Sekuritas memilih saham JPFA dan WMUU
Jakarta, FORTUNE - Harga rata-rata bulanan ayam broiler (pedaging) yang sempat menguat pada Januari 2022, perlahan menunjukkan penurunan pada bulan ini. Penurunan ini antara lain dipicu oleh melemahnya permintaan. Lantas bagaimana prospek emiten perunggasan ke depan?
Mirae Asset Sekuritas dalam risetnya menuliskan, harga rata-rata bulanan ayam broiler pada Januari di wilayah Jawa menguat 42,2 persen (YoY) dan 4,9 persen (MoM) menjadi Rp21,4 ribu per kg, seiring diberlakukannya tiga instruksi culling atau pemusnahan unggas pada Oktober 2021 hingga Januari 2022.
Sementara, rata-rata harga DOC (Day Old Chick) di Jawa Barat tetap kuat, sekitar Rp5 ribu–Rp6 ribu per ekor pada Januari.
Pada awal Februari ini, harga broiler mulai turun menjadi Rp17,4 ribu per kg (minus 19 persen mtd). Menurut Mirae Asset Sekuritas, hal ini berkaitan dengan berkurangnya permintaan akibat mobilitas masyarakat yang menurun karena lonjakan kasus harian Covid-19 barian baru Omicron di Tanah Air.
Pengetatan PPKM dan risiko permintan broiler
Indonesia tengah menghadapi fase awal gelombang Omicron dengan kasus harian yang melonjak 30 ribu per hari. Akibatnya, mobilitas menurun karena pemerintah resmi meningkatkan status PPKM ke level 3 di Jawa dan Bali.
“Kami yakin ini menjelaskan penurunan harga broiler secara bertahap sejak akhir Januari, dari Rp23 ribu per kg menjadi Rp16 ribu–Rp17 ribu per kg,” kata Analis Mirae Asset, Emma A. Fauni dalam risetnya, dikutip Selasa (15/2).
Di sisi lain, pemusnahan bulanan yang pemerintah instrusikan masih akan berlangsung efektif sampai 19 Februari 2022, dengan jumlah 142 juta ekor. Ini menjadi bulan ketiga di mana terjadi pemusnahan bulanan di atas rata-rata.
Menurut Emma, pembatasan pasokan tersebut sebagian akan mengimbangi permintaan yang melemah selama gelombang Omicron menerjang pasar.
Panen jagung di depan mata
Bulan ini, Indonesia diprediksi akan memasuki musim panen jagung. Sedikit catatan, musim panen di Indonesia umumnya terjadi dua kalI dalam setahun, yakni Februari–April dan September–Oktober.
Musim panen pada Februari-April biasanya menyumbang sekitar 60% dari total produksi dalam satu tahun.
"Kami berharap ini bisa sedikit meringankan harga bahan baku yang naik sejak pertengahan tahun lalu akibat kenaikan harga jagung dan bungkil kedelai," kata Emma.
Rekomendasi netral
Dengan kondisi yang dihadapi saat ini, Mirae Asset Sekuritas mempertahankan rekomendasi netral terhadap saham emiten perunggasan dikarenakan momentum pemulihan yang sudah lewat.
Karena itu, dia memproyeksikan pertumbuhan harga broiler dan DOC akan normal pada tahun ini diikuti stabilitas harga. Meski demikian, risiko penurunan jangka pendek tetap membayangi di tengah pelemahan permintaan.
“Yang pada gilirannya membuat harga broiler berada di bawah tekanan, karena Indonesia berada di tahap awal gelombang Omicron dan mobilitas perlahan mulai menurun,” jelas Emma.
Adapun dua saham yang dipilih dari sektor ini adalah PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU). Keduanya disematkam rekomendasi beli dengan target harga masing-masing Rp 2.000 per saham dan Rp 240 per saham.
Pada perdagangan Selasa (15/2) pagi, JPFA tercatat menguat tipis 0,32 persen dari 1.580 menjadi Rp1.585 per pukul 10.07 WIB. Dalam lima hari terakhir, harga saham telah menguat 0,63 persen. Namun, JPFA sudah terkoreksi 5,09 persen selama sebulan terakhir.
Sementara, WMUU telah menurun 2,72 persen pada perdagangan Selasa pagi ke level 143 per 10.07 WIB. Akan tetapi, sahamnya sudah menguat 2,88 persen dalam lima hari terakhir. Bahkan kenaikan bulanannya mencapai 8,33 persen dari 132 (17/2) menjadi 143 (15/2).