Perang Rusia-Ukraina Lambungkan Harga Saham Tambang Emas dan Nikel
Harga nikel naik 25% akibat maraknya sanksi terhadap Rusia.
Jakarta, FORTUNE - Harga komoditas nikel melonjak pada Senin (7/3) hampir 25 persen, di tengah masih memanasnya sentimen perang Rusia-Ukraina. Saham emiten sektor pertambangan emas dan logam putih itu seperti Antam (ANTM) dan Vale Indonesia (INCO) pun ikut mendapat berkah.
Berdasarkan pantauan Fortune Indonesia pada Senin pukul 15.51 WIB, harga nikel berjangka (NICKELc1) di London Metal Exchange menguat 25,29 persen ke level US$37.666,50 per ton. Itu merupakan level tertinggi Nikel sejak Juli 2007, yakni US$35.500 per ton.
Sementara itu, kontrak nikel April di Shanghai Futures Exhanges melambung 12 persen ke level tertinggi 210.950 yuan (sekitar US$33.391,37 per ton).
Alhasil, pergerakan saham milik emiten pertambangan logam atau aurum itu pun menghijau pada awal pekan ini. Berikut perinciannya:
Saham ANTM dan INCO menguat di atas 10 persen
Saham-saham pertambangan komoditas pertambangan emas dan nikel ikut diuntungkan di balik melambungnya harga komoditas tersebut.
Harga saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mengalami tren kenaikan signifikan pada sesi perdagangan Senin siang. Saham ANTM ditutup di level Rp2.820 setelah menguat 15,10 persen dibandingkan saat pembukaan.
Begitu pula dengan saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang melonjak 12,96 persen ke level Rp6.100 pada akhir perdagangan hari ini, setelah menunjukkan tren kenaikan sejak awal sesi kedua hari ini.
Saham milik PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) juga melambung 15,50 persen ke level Rp149, dengan tren kenaikan seperti dua emiten sebelumnya.
Penyebab kenaikan harga nikel hari ini
Penyebab utama lonjakan harga nikel hari ini ialah menguatnya kekhawatiran pasokan di tengah memanasnya konflik Rusia dan Ukraina. Ditambah dengan semakin banyaknya sanksi yang dijatuhkan oleh negara barat kepada Rusia.
Rusia termasuk salah satu produsen yang berpengaruh di sektor nikel dan jenis logam lain. Mengutip Reuters, negara yang berpusat di Moskow itu menghasilkan sekitar 6 persen alumunium dunia, 7 persen nikel global, dan berkontribusi 3,5 persen terhadap pasokan tembaga.
“Pasokan Nikel sudah dalam kondisi ketat, jika penyuplai besar dihilangkan dari pasar, maka itu akan berdampak besar terhadap perdagangan jangka pendek hingga menengah,” ujar CEO di firma riset Kalkine, Kunal Sawhney. “Lonjakan harga akan menambah tekanan lebih lanjut pada pasokan spot.”
Sedikit catatan, premi nikel tunai selama kontrak tiga bulan telah meningkat jadi US$690 per ton—tertinggi sejak 2007. Itu mengindikasikan pasokan yang terbatas.
Menguntungkan Indonesia
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Hariyanto Wijaya mengamini kondisi kenaikan komoditas pertambangan, termasuk nikel.
Menurutnya, Indonesia seharusnya bsia mendapat dua keuntungan dari lonjakan harga komoditas seperti nikel.
Pertama, situasi ini bisa memacu pertumbuhan pendapatan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI. Kedua, arus masuk asing ke ekuitas Indonesia pun akan turut terjaga.