Jakarta, FORTUNE - PT Barito Renewable Energy Tbk (BREN) resmi tercatata di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (9/10). Harga sahamnya menyentuh ARA (auto reject atas) sepanjang perdagangan perdana.
Berdasarkan data IDX Mobile, saham BREN menguat 25 persen dari harga penawarannya Rp780 menjadi Rp975, dengan rata-rata harga Rp780. Kapitalisasi pasarnya berjumlah Rp130,5 triliun.
Volume transaksinya sepanjang hari mencapai 21,7 juta lembar saham. Sementara itu, nilai transaksinya mencapai Rp21,1 miliar dengan frekuensi transaksi 605.000 kali hingga akhir perdagangan Senin.
Sebelumnya, BREN juga telah membukukan kelebihan permintaan atau oversubscription sebanyak 135,2 kali di harga Rp780 selama periode penawaran sebelumnya. Perseroan melepas 4,01 miliar saham dan berhasil menghimpun Rp3,13 triliun.
"IPO Barito Renewables akan membawa BREN tidak hanya terbatas pada industri geotermal namun juga menuju ke teknologi terbarukan lainnya, dengan didukung oleh keunggulan operasional yang kuat," kata CEO Barito Renewables Energy, Hendra Soetjipto Tan, Senin.
Penguatan saham BREN terjadi saat saham induk usahanya, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) terkoreksi 4,06 persen ke harga Rp1.300, setelah sempat dibuka di harga Rp1.370 pagi ini. Kapitalisasi pasar BRPT kini lebih kecil dari BREN, yakni Rp121,9 triliun.
Poin penting IPO Barito Renewables Energy
Nantinya, IPO akan berperan penting dalam upaya BREN memperluas wilayah operasi energi terbarukan, baik secara domestik maupun global. Perseroan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan dan melakukan eksplorasi terhadap lebih banyak potensi energi terbarukan.
Salah satunya, dengan langkah mengonsolidasikan Star Energy Geothermal Group, perusahaan panas bumi yang teruji dalam memanfaatkan potensi panas bumi di Indonesia.
Strategi itu ditopang oleh kinerja keuangan dan operasional perseroan, serta rekam jejak ekspansi organik dan anorganik. Pendapatan BREN pada kuartal pertama 2023 berjumlah US$147,08 juta, naik dari US$133,65 juta di periode serupa tahun lalu. Laba bersihnya pun bertumbuh dari US$22,33 juta menjadi US$29,24 juta. Rasio profitabilitas BREN mencapai 26,97 persen untuk laba periode per tahun berjalan terhadap pendapatan; 8,36 persen terhadap jumlah ekuitas; dan 1,14 persen terhadap jumlah aset.
Dari segi operasional, saat ini anak uasha BREN, Star Energy Geothermal, mengoperasikan pembangkit listrik tenaga panas bumi sebesar 886 MW dalam kemitraan dengan PGEO dan PLN.
IPO Pulau Subur
Selain BREN, hari ini PT Pulau Subur Tbk (PTPS) pun melantai di bursa. Namun, sahamnya terkreksi 34,85 persen ke harga Rp129, setelah sempat dibuka menguat di harga Rp200 pagi tadi.
Sebelumnya, pada saat penawaran umum perdana, perseroan membukukan oversubscribed hingga 19,53 kali. Total saham yang dilepas adalah 450 juta lembar atau 20,76 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Harga penawarannya adalah Rp198 per saham.
Pada 2023, PTPS yakin tren pertumbuhan nilai penjualan dari tahun ke tahun akan mendongkrak laba bersih mencapai Rp29,11 miliar atau naik 5,2 persen (YoY). "Kinerja keuangan perseroan bakal bertumbuh secara berkelanjutan mengingat dana IPO yang berhasil dihimpun mencapai Rp89,1 miliar akan dimanfaatkan untuk kegiatan yang bersifat produktif," ujar Direktur Utama PTPS, Felix Safei kepada media di BEI, Senin.
Mengacu pada Prospektus PTPS, dana hasil IPO setelah akan dipakai sebagai belanja modal (capex) sebesar 50 persen, sedangkan sebesar 50 persen sisanya akan dimanfaatkan sebagai modal kerja. Sementara itu, dana yang diperoleh dari pelaksanaan Waran Seri I juga akan digunakan sebagai modal kerja.