IHSG Ditutup Hijau, HSBC: Bisa Capai 7.440 di Akhir 2023
Indonesia juga jadi pasar IPO terpopuler di kuartal I 2023.
Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,43 persen di level 6.730, Senin (22/5). HSBC memproyeksikan indeks acuan saham itu dapat mencapai level 7.440 di penghujung 2023.
Indo Premier Sekuritas menyebut, penguatan IHSG hari ini terjadi berkat kenaikan sejumlah harga komoditas seperti CPO, nikel, timah, emas, batu bara, dan tembaga. Sentimen negatif yang sempat menekan pasar di awal perdagangan, yakni terkoreksinya indeks di bursa Wall Street akibat buntunya pembicaraan terkait batas atas utang Amerika.
Sementara itu, menurut Head of Equity Strategy Asia Pacific HSBC, Herald van der Linde, katalis utama penopang IHSG pada 2023 terletak pada rantai pasok kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) atau electric vehicle/EV. "Tak hanya itu, pertumbuhan [ekonomi] dan konsumsi domestik pun menjadi katalis," katanya di acara HSBC Asia 2H Outlook secara virtual.
Selain itu, HSBC juga mulai mellihat rotasi aliran modal dari Cina menuju Taiwan dan Korea, juga emerging market di Asia seperti India dan Indonesia.
Data Bursa Efek Indonesia menunjukkan, volume transaksi hari ini mencapai 18,88 miliar saham, dengan nilai transaksi Rp10,40 triliun, serta frekuensi transaksi 1,34 juta kali. Hingga 22 Mei 2023, rata-rata volume transaksi harian di bursa domestik berjumlah 17,82 miliar saham. Sementara itu, rata-rata nilai transaksi hariannya mencapai Rp10,26 triliun dan rerata frekuensi transaksinya adalah 1,17 juta kali. Kapitalisasi pasar modal Indonesia berjumlah Rp9.504 triliun.
Indonesia pasar IPO terpopuler
Lebih lanjut, Herald menyebut pasar modal Indonesia menjadi bursa IPO terpopuler di lima bulan pertama 2023, mengungguli Hong Kong dan Amerika Serikat (AS) dari segi total IPO.
"Ini belum pernah terjadi sebelumnya," katanya, seraya menyoroti perkembangan usaha mikro, kecil, dan menengah. "Hal ini juga berkaitan dengan awal mula rantai pasokan EV sampai dengan pembuatan baterai yang melaju positif."
Kendati sudah mengungguli AS dan Hong Kong, ia menilai pasar IPO Indonesia belum bisa menang dari pasar Cina. Mengapa demikian? Sebab, ada perbedaan signifikan pada skala ekonomi Indonesia dan Cina. Meski begitu, ia optimistis masih ada ruang perkembangan bagi pasar IPO Tanah Air untuk beberapa kuartal selanjutnya.
Berdasarkan keterangan resmi BEI per Jumat (12/5), sudah ada 40 emiten baru yang melakukan IPO di BEI. Di kuartal pertama 2023 saja, ada 30 IPO. Sementara itu, pada 2022, Ernst and Young (EY) melaporkan indonesia mencatatkan jumlah nilai emisi ekuitas sebesar Rp33 triliun, melesat dari Rp15 triliun pada 2019 atau prapandemi.