Kinerja Kompak Q1 Turun, Kenapa Kebijakan JPFA-CPIN Beda
JPFA bagikan dividen, sedangkan CPIN tidak.
Jakarta, FORTUNE - Kinerja emiten unggas terkoreksi pada 2022, lalu berlanjut ke 2023. Itu tergambar pada kinerja PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA). Namun, kebijakan dividen kedua perseroan berbeda.
Charoen Pokphand memutuskan tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2022. Menurut Presiden Direktur Charoen Pokphand Indonesia, Tjiu Thomas Effendy, perseroan mengalokasikan seluruh laba bersih senilai Rp2,94 triliun sebagai cadangan. Adapun, pada 2022, CPIN membukukan penurunan laba bersih 19,03 persen dari Rp3,63 triliun pada 2021.
Keputusan itu berlandaskan kondisi industri perunggasan pada kuartal pertama 2023. "Kami lihat kinerja di awal tahun kurang baik terhadap industri unggas. Tentu kami lihat ke depan, kami memerlukan kondisi keuangan yang lebih kuat untuk memberi manfaat lebih kuat kepada para pemegang saham sehingga tak membagikan [dividen] tahun ini," jelas Tjiu dalam paparan publik, dilansir Selasa (23/5).
Pada kuartal I 2023, CPIN meraih laba bersih Rp240,99 miliar, menurun 79,76 persen (YoY) dari Rp1,19 triliun. Sementara itu, pendapatannya cuma meningkat 1,87 persen (YoY) dari Rp14,29 triliun menjadi Rp14,56 triliun.
Salah satu faktor penyebabnya, yakni penjualan yang menurun di segmen ayam pedaging, dari Rp7,99 triliun (kuartal I 2022) menjadi Rp7,61 triliun (kuartal I 2023). Di sisi lain, beban CPIN naik 9,95 persen (YoY) menjadi Rp13,09 triliun. Itu karena kenaikan beban bahan baku sebesar 3,53 persen (YoY) dan beban pabrikasi sebesar 8,07 persen.
Japfa tetap bagi dividen tahun buku 2022
Berbeda dengan CPIN, Japfa Comfeed Indonesia menyetujui memberikan dividen senilai Rp50 per saham untuk tahun buku 2022, sesuai hasil RUPST pada April 2023. Total nilai dividen mencapai Rp581,02 miliar. Rasio pembayaran dividen itu adalah 40,9 persen. Pembayaran dividen telah berlangsung pada 3 Mei 2023 lalu.
Dasar dari pembagian dividen tersebut adalah laba bersih sejumlah Rp1,42 triliun, saldo laba ditahan yang tak dibatasi penggunaannya senilai Rp9,88 triliun, dan total ekuitas sebanyak Rp13,65 triliun. Laba bersih perseroan tahun lalu menurun 29,80 persen (YoY) dari Rp1,42 triliun.
Adapun, pada 2022, JPFA melaporkan pertumbuhan penjualan 9,12 persen (YoY) menjadi Rp48,97 triliun. Itu ditopang oleh segmen peternakan komersial dengan penjualan Rp18,96 triliun, naik 7,72 persen (YoY). Segmen kedua dengan penjualan terbesar adalah pakan ternak, yang berkontribusi senilai Rp13,97 triliun, meningkat 5,96 persen (YoY). Bersamaan dengan itu, bebannya pun meningkat 12,02 persen (YoY) menjadi Rp41,28 triliun.
Sementara di kuartal pertama 2023, penjualan bersih perseroan menurun dari Rp12,15 triliun (kuartal I 2022) menjadi Rp11,76 triliun. Begitu pula dengan laba bersih perseroan yang berbalik menajdi kerugian sebesar Rp249,92 miliar.