4 Perusahaan Raksasa Ini Beli Bank Mini Demi Ekspansi ke Bank Digital
Ekspansi dilakukan konglomerasi hingga raksasa teknologi.
Jakarta, FORTUNE - Ombak pertumbuhan bank digital semakin tinggi. Para perusahaan raksasa pun kian agresif dan saling berlomba memanfaatkan momentum ini untuk mengakusisi beberapa perusahaan bank mini.
Menurut Bank Indonesia (BI), nilai transaksi perbankan digital di Indonesia berpotensi bertumbuh 21,8 persen, dari Rp40.000 triliun pada 2021 menjadi Rp48.000 triliun pada 2022. Hal ini ditunjang pertumbuhan ekonomi dan keuangan digital.
Berdasarkan keterangan resmi Gubernur BI, Perry Warjiyo, nilai transaksi perbankan digital Indonesia telah melonjak 46,72 persen (yoy) menjadi Rp28.685,48 triliun per September 2021. BI meramalkan nilai tersebut akan terus melambung 43,04 persen (yoy) sampai Rp39.130 triliun hingga pengujung 2021.
Dengan potensi ini, maka tak heran ketika akhirnya banyak perusahaan raksasa berambisi membeli bank mini lokal. Mulai dari perusahaan konglomerasi nasional hingga raksasa teknologi internasional.
Berikut ini daftar perusahaan-perusahaan raksasa yang memutuskan mengakuisisi bank mini, demi melebarkan sayap di industri perbankan digital.
Emtek
Grup konglomerasi ini baru saja resmi mengambil alih 93 persen saham Bank Fama International (FAMA) melalui anak perusahaannya, EMV. Dengan demikian, Emtek resmi menjadi pemegang saham pengendali FAMA.
EMV membeli 9.089.503.800 saham bernilai Rp908,95 miliar dari empat pemilik lamanya, yakni: Junus Jen Suherman (4.428.701.427 lembar), Dewi Janti (1.704.285.876 lembar), Edi Susanto (1.704.285.876 lembar), dan PT Surya Putra Mandiri Sejahtera (1.252.230.621 lembar).
Segmentasi nasabah Bank Fama adalah UMKM, terutama yang berlokasi di Jawa Barat dan sekitarnya. Bank ini pun berkantor pusat di Bandung, tetapi memiliki kantor cabang di Jakarta dan Tangerang.
Salim Group
Anthoni Salim, lewat PT Indolife Pensiontama, merupakan pemegang saham pengendali PT Bank Ina Perdana Tbk (Bank Ina Perdana). Belum lama ini, bank tersebit baru saja menambah modal melalui rights issue (Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu/HMETD) pada awal Desember.
Mengutip keterbukaan informasi di BEI (Bursa Efek Indonesia), bank yang terafiliasi dengan Salim Group itu menargetkan menghimpun dana Rp1,18 triliun. Selanjutnya, BINA akan memanfaatkan modal tersebut untuk mengembangkan usaha serta mengimplementasikan layanan digitalisasi.
SEA Group
Induk usaha Shopee, SEA Group mencaplok PT Bank Kesejahteraan Ekonomi (Bank BKE) pada awal tahun 2021. Usai aksi tersebut, bank ini pun berganti logo dan nama menjadi PT Bank Seabank Indonesia.
SEA Group memiliki Bank SeaBank karena anak usahanya, Turbo Cash, menguasai saham PT Danadipa Artha Indonesia (82,19 persen) dan PT Koin Investama Nusantara (66,66 persen). Keduanya sama-sama pemegang saham Bank BKE.
Grup GoTo
Sebelum bersalin nama menjadi Bank Jago seperti yang dikenal sekarang, dulunya bank ini bernama PT Bank Artos Indonesia Tbk. Lalu pada 2019, Bankir senior BTPN, Jerry Ng dan Pendiri Northstar, Patrick Walujo mengakuisisi saham bank tersebeut dengan porsi kepemilikan masing-masing 37,65 persen dan 13,35 persen. Keduanya mewakili Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) dan Wealthtrack Technology Limited (WTT).
Setahun kemudian, Gojek Group melalui anak usahanya yaitu GoPay mewakili PT Dompet Anak Karya Bangsa, secara resmi bergabung sebagai pemegang saham di Bank Jago dengan porsi kepemilihan saham yang digenggam sebesar 22%. Adapun sisa saham perseroan yakni sebesar 27 persen dimiliki oleh publik.