Dibayangi Aksi Profit Taking dan Covid-19, IHSG Diproyeksi Melemah
Investor perlu mewaspadai risiko perlambatan ekonomi
Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan diprediksi kembali melemah pada Jumat (4/2) setelah terkoreksi 0,35 persen di level 6.683 pada penutupan perdagangan Kamis (3/2). Kecemasan pelaku pasar akan lonjakan kasus Covid-19 dalam beberapa waktu terakhir akan membayangi pergerakan indeks.
Sementara itu, investor global masih menunggu sejumlah rilis data ekonomi Amerika Serikat. Analis Riset Artha Sekuritas Indonesia, Dennies Christoper Jordan mengataka, secara teknikal candlestick membentuk formasi dark cloud cover.
“Ini mengindikasikan potensi pelemahan. Diperkirakan masih akan ada tekanan dari aksi profit taking serta kekhawatiran dari kenaikan kasus Covid-19, ” tulisnya dalam riset harian.
Dia memproyeksikan IHSG akan melaju di rentang support 6.605–6.644 dan resistance 6.726–6.769. Sejumlah saham yang dia soroti, yakni: MNCN, PTPP, DSNG, BSDE, BBCA, WSKT, BBRI, dan MEDC.
Kenaikan Jangka Pendek
Di sisi lain, CEO Indosurya Bersinar Sekuritas, William Surya Wijaya menyebut, IHSG sudah menembus rentang konsolidasi ke arah lebih baik. Masih tercatatnya capital inflow secara tahunan menunjukkan kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia turut menjadi penunjang terhadap kenaikan jangka pendek IHSG,
Salah satu penopang kenaikan jangka pendek IHSG, yakni: tingkat capital inflow selama 2022 yang mengindikasikan kepercayaan pelaku pasar terhadap bursa pasar modal Tanah Air.
Akan tetapi, investor masih perlu mewaspadai beberapa risiko yang membuat indeks terkoreksi dalam jangka pendek “Mengingat perlambatan ekonomi termasuk salah satu faktor yang memengaruhi pergerakan IHSG sampai saat ini, sehingga IHSG masih berpotensi bergerak pada rentang terbatas," ujar William dalam riset harian, Jumat (4/2).
Dia pun memperkirakan IHSG bergerak di rentang 6.606–6.743. Menurutnya, saham-saham yang patut dipantau hari ini, antara lain: BBRI, CTRA, INDF, JSMR, SMGR, SMRA, dan TLKM.
Bank Sentral Eropa dan Menkeu Sri Mulyani Beraksi
Dari global, Bank Sentral Eropa (ECB) memberikan sinyal menaikkan suku bunga, berbanding terbalik dengan pernyataan sebelumnya. Dalam pertemuan kemarin, Presiden ECB, Christine Lagarde mengindikasikan kenaikan tingkat suku bunga pada September atau Desember 2022.
Menurutnya, penyusun kebijakan sepakat untuk mempertimbangkan opsi itu sehingga pembelian obligasi setidaknya bisa berakhir pada kuartal ketiga tahun ini. Namun demikian, dia mengatakan “Dewan Pemerintahan tak ingin terburu-buru mengambil keputusan sehingga perlu data perekonomian yang lebih lanjut demi membuat keputusan terkait sikap meningkatkan suku bunga.”
Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya mengatakan, pernyataan ini menyebabkan para pelaku pasar dan investor berspekulasi. Beberapa memproyeksikan ECB akan menaikkan suku bunga hingga 10 bps pada Juni atau 40 bps setidaknya sampai akhir tahun.
Pertemuan ECB pada Maret dan Juni lah yang akan memainkan peran penting. Apalagi, ECB mulai melihat inflasi kini cenderung melaju ke atas—khususnya dalam jangka pendek.
“Kami melihat akan ada cerita tambahan yang berbeda tatkala Bank Sentral Eropa mengadakan pertemuan pada Maret, di mana menurut kami justru akan menjadi tolok ukur bagi pelaku pasar dan investor untuk memprediksi akan ke mana arah langkah (ECB),” jelas Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo, Maximilianus Nico Demus dan tim risetnya, Jumat (4/2).
Dari dalam negeri, Menteri Keuangan Sri Mulyani baru saja menerbitkan beleid perpanjangan tiga insentif pajak penghasilan hingga Juni 2022. Pertama, pembebasan PPh pasal 22 impor yang berlaku sejak wajib pajak menerima surat keterangan bebas pemungutan pajak sampai 30 Juni 2021.
Kedua, diskon angsuran PPh pasal 25 sejak masa pajak disampaikan pemberitahuan pengurangan besaran angsuran PPh pasal 25 hingga Juni 2022 kepada wajib pajak tertentu. Ketiga, PPh Final Ditanggung Pemerintah (DTP) bagi jasa konstruksi.
Dengan sederet aturan perpajakan ini, analis menilai "Masih diperlukan pemberian insentif perpajakan, sehingga diperlukan perpanjangan jangka waktu pemberian insentif pajak dengan memperhatikan kapasitas fiskal untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional.”
Berdasarkan analisis teknikal, Pilarmas memprediksi IHSG akan bergerak menguat terbatas di level 6.648–6.738 dan masih dibayangi risiko terkoreksi. Tiga saham pilihan Nico dan tim hari ini, yakni: ADRO, ASII, dan PWON.