Jakarta, FORTUNE - PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) mengakhiri perdagangan perdana dengan penguatan 4,4 persen di tengah koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Rabu (12/4).
Data RTI Business menunjukkan, NCKL bergerak di kisaran harga Rp1.205 sampai dengan Rp1.410 sepanjang hari, dengan rata-rata harga Rp1.285,40. Volume transaksinya mencapai 658,21 juta saham, dengan nilai transaksi sejumlah Rp846,04 miliar dan frekuensi transaksi 39.589 kali.
Sebelumnya, NCKL menawarkan 7,9 miliar saham bernilai nominal Rp100 per lembar atau 12,6 persen dari total modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Adapun, harga penawaran finalnya adalah Rp1.250 per lembar. Dus, dana yang perseroan himpun dari aksi IPO berjumlah Rp9,99 triliun.
Menurut Presiden Direktur NCKL, Roy A. Arfandy, terjadi kelebihan permintaan pada masa penawaran umum pada 5 – 10 April 2023. “Itu wujud nyata kepercayaan investor terhadap prospek cerah industri pengolahan nikel yang dikelola oleh perseroan,” katanya dalam keterangan resmi, Rabu.
Rencana penggunaan dana IPO Trimegah Bangun Persada
Perseroan akan menggunakan dana IPO untuk berbagai kebutuhan, yang terdiri dari:
-
Untuk keperluan entitas anak dan entitas asosiasi, penyalurannya melalui setoran modal dan pinjaman (50,4 persen).
-
Untuk membayar utang (40 persen).
-
Untuk belanja modal dan modal kerja.
Adapun, saat ini Trimegah Bangun Persada mengoperasikan dua proyek pertambangan nikel laterit aktif. Yang pertama seluas 4.247 hektare di Kawasi, operasionalnya langsung di bawah NCKL. Sementara yang kedua seluas 1.277 hektare di Loji, tapi operasionalnya merupakan tanggung jawab entitas anak, PT Gane Permai Sentosa. Keduanya berlokasi di Pulau Obi, Maluku Utara. Dus, kawasan pertambangan NCKL berjumlah 5.524 hektare.
Lebih lanjut, perseroan juga memiliki dua prospek pertambangan nikel lain di Pulau Obi, yakni PT Obi Anugerah Mineral seluas 1.775 hektare dan PT Jikodolong Megah Pertiwi seluas 1.885 hektare.
NCKL juga telah merampungkan 3 lini produksi refinery high pressure acid leach atau HPAL dan telah mencapai 100 persen kapasitas produksi mencapai 55.000 metal ton per tahun. Sejak awal April 2023, perseroan juga memasuki fase commissioning untuk produksi nikel sulfat.