MARKET

Saham BREN: Volume Turun Tapi Harga Tetap Naik, Mengapa?

Saham BREN masih disuspensi BEI.

Saham BREN: Volume Turun Tapi Harga Tetap Naik, Mengapa?Star Energy Geothermal Darajat milik PT Barito Renewables Energy Tbk. (Dok. BREN)
28 May 2024

Fortune Recap

  • BEI meminta penjelasan BREN atas turunnya volume transaksi perdagangan tanpa pelemahan harga efek.
  • Penurunan volume transaksi BREN disebabkan oleh perhatian global terhadap sektor EBT, sedikitnya saham emiten EBT di BEI, dan keinginan investor memegang saham jangka panjang.
  • BREN masuk S&P Global Clean Energy Index dan iShares Clean Energy, dengan kenaikan volume transaksi akibat masuknya ETF sebesar ~US$75 juta / ~US$150 juta saham.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Bursa Efek Indonesia (BEI) meminta penjelasan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) atas turunnya volume transaksi perdagangan tanpa diikuti pelemahan harga efek. Sebaliknya, harga BREN justru sudah melonjak 89,08 persen selama tiga bulan terakhir.

Direktur dan Corporate Secretary BREN, Merly menjelaskan tiga alasan di balik penurunan volume transaksi perdagangan tanpa disertai koreksi harga, berdasarkan perkiraan perseroan.

Pertama, karena sektor energi baru terbarukan (EBT) yang kini mendapat perhatian secara global. Kedua, tak banyak saham emiten EBT di BEI untuk sekarang. Ketiga, keinginan investor memegang saham perseroan dalam jangka panjang, termasuk karena adanya kewajiban institusi atau industri tertentu untuk mempunyai portofolio investasi di sektor EBT.

Selain itu, Merly mencatat, kenaikan harga dan volume transaksi atas BREN selama dua bulan terakhir ditengarai akibat masuknya BREN ke S&P Global Clean Energy Index dan iShares Clean Energy pada 19 April 2024.

“Yang mana, saat itu, terdapat inflow dari ETF sebesar ~US$75 juta / ~US$150 juta saham. Kepemilikan ETF mengalami peningkatan sampai dengan ~187 juta saham pada 20 Mei 2024,” jelasnya dalam keterbukaan informasi, dikutip Senin (28/5).

Selain itu, berdasarkan catatan bursa, ada penurunan jumlah investor dari 20.249 pihak (per 31 Maret 2024) menjadi 11.995 pihak (30 April 2024). Menurut Merly, sebagian besar penurunan itu terjadi karena investor ritel mungkin melakukan aksi profit taking saat terjadi peningkatan harga saham. Hal itu juga tercermin dari total kepemilikan saham oleh investor institusional yang terus melakukan akumulasi.

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.