Jakarta, FORTUNE – Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengungkapkan empat sektor prioritas untuk penerapan kebijakan pembangunan di Indonesia, demi menekan Emisi gas rumah kaca (GRK).
Direktur Lingkungan Hidup Bappenas, Priyanto Rohmatullah, mengatakan bahwa keempat sektor ini merupakan sektor yang jadi penyumbang utama GRK. “Pertama di energi, kemudian juga di sektor lahan, berikutnya sektor pertanian juga sangat penting, dan tentu saja limbah dan sampah,” katanya dalam webinar Perdagangan dan Bursa Karbon di Indonesia 2024, Selasa (23/7).
Dengan memprioritaskan empat sektor ini, maka kebijakan di masing-masing sektor bisa diarahkan untuk mendukung pencapaian target emisi nol karbon (NZE).
Sebagai contoh, pada sektor pertanian, green farming diharapkan mampu mengurangi dampak negatif dari GRK. Indonesia sendiri telah berkomitmen untuk menurunkan emisi karbon sebesar 31,89 persen dengan upaya sendiri dan 43,20 persen dengan dukungan internasional. Pemerintah juga menetapkan target NZE pada 2060 mendatang.
Tantangan
Priyanto mengakui bahwa banyak tantangan yang masih harus dihadapi Indonesia. Triple planetary crisis adalah salah satu tantangan berat, mencakup perubahan iklim, polusi, dan kerusakan lingkungan.
Pemanasan suhu bumi mencapai hampir melampaui ambang batas 1,5 derajat Celcius. Di Indonesia, suhu meningkat sekitar 0,75 derajat Celcius. Perubahan curah hujan dan kenaikan muka air laut juga semakin mengkhawatirkan, mengakibatkan daerah pesisir terendam dan nelayan kesulitan melaut.
Selain itu, pengembangan metode pengukuran emisi yang lebih akurat dan upaya mengurangi food waste. Meski begitu, hasil pemantauan menunjukkan tren positif, sehingga diperlukan upaya konkret.
“Ada banyak hal yang mesti kita kerjakan, seperti misalnya memang kita masih terus mengembangkan bagaimana pencapaian atau mengukur emisi yang lebih akurat,” kata Priyanto.
Solusi
Untuk mengatasi ini, sejumlag solusi harus dilakukan mulai dari tingkat masyarakat. Bappenas memulainya dengan mengubah pola pikir masyarakat lewat kampanye ekonomi sirkular serta pengurangan sampah. Selain itu, peran media juga penting untuk memberi pengertian kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan.
"Kami mengintegrasikan sekaligus dengan bagaimana penanganan resiliensi terhadap bencana akibat perubahan iklim. Ini juga kita harapkan bisa untuk menekan kerugian dengan upaya penurunan emisi tersebut. Diharapkan nanti dengan upaya pembangunan berkelanjutan ini, kita harap bisa menekan kerugian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)," ujar Priyanto.