Jakarta, FORTUNE – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia memaparkan megaproyek Swasembada Gula dan bioetanol melalui pembukaan 2 juta hektare lahan tebu di Merauke masih terus berlangsung hingga saat ini.
Sebagai Ketua Satgas Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol, Bahlil mengingatkan pentingnya peran pemerintah lokal untuk mendorong keterlibatan pengusaha lokal dan rakyat sekitar.
“Saya gembira melihat perkembangan proyek saat ini, tentunya ini tidak terlepas dari dukungan Bapak Pj. Gubernur (Provinsi Papua Selatan) dan Bapak Bupati. Kami juga titipkan untuk mengawal agar rakyat sekitar dan pengusaha lokal dilibatkan dalam proyek ini. Harus ada simbiosis mutualisme antara plasma dan inti,” kata Bahlil dalam keterangannya, Jumat (26/7).
Pembukaan 2 juta hektare lahan tersebut sesuai dengan penugasan yang termaktub dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 15 tahun 2024 tentang Satuan Tugas Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan.
Dia mengingatkan tentang target swasembaga gula yang dipatok pada 2027, dan untuk mencapai sasaran tersebut dibutuhkan gula hingga 3 juta ton per tahun.
“Kita bisa melakukan swasembada gula. Tidak lagi bergantung pada negara lain,” k ata Bahlil.
Mendatangkan bibit tebu dari Australia
Proyek swasembada gula ini merupakan salah satu inisiatif strategis pemerintah untuk mendukung ketahanan pangan nasional serta meningkatkan produksi energi terbarukan.
Pada tahap pertama, 2 juta hektare lahan tidak akan langsung terealisasikan untuk tanaman tebu. Setidaknya, studi kelayakan proyek ini menyebutkan baru 50 persen yang bakal bisa ditanami.
Di lahan seluas 633.763 hektare (ha), pengembangan klaster 3 untuk lahan perkebunan tebu terintegrasi Proyek Strategis Nasional (PSN) dilakukan oleh sembilan badan usaha.
Progres lapangan penyiapan perkebunan tebu terintegrasi PSN pada klaster 3 mencakup 600 hektare lahan sudah siap tanam, 1.500 hektare proses land clearing, serta pembangunan infrastruktur jalan dan mekanisasi.
PT Global Papua Abadi, salah satu badan usaha di kawasan tersebut, bekerja sama dengan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) dan Sugar Research Australia (SRA) dalam penyediaan bibit unggul dari dalam negeri.
Untuk tahap pertama, sekitar 2 juta bibit tebu dari Australia sudah didatangkan. Bibit tersebut pun diklaim cocok dengan kondisi tanah di Merauke.
Total rencana investasi perkebunan tebu terintegrasi PSN pada klaster 3 di Merauke, Papua Selatan, sebesar US$5,62 Miliar atau setara Rp83,27 triliun.