Bagaimana Update Regulasi Market Maker BEI per Mei 2024?
Awalnya, market maker ditarget rilis pada akhir paruh I 2024
Fortune Recap
- OJK sedang menyiapkan regulasi LP untuk market maker
- BEI berharap LP dapat meningkatkan likuiditas transaksi saham
- Regulasi market maker diharap mampu mendongkrak nilai transaksi saham di pasar modal
Jakarta, FORTUNE - Bagaimana perkembangan dari Regulasi market maker dari Bursa Efek Indonesia (BEI), yang ditargetkan rilis pada akhir paruh I 2024?
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Irvan Susandy melaporkan, untuk saat ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedang menyiapkan pengaturan tentang penyedia likuiditas atau liquidity provider (LP).
"Untuk timeline, kami menunggu perkembangan pengaturan oleh OJK, harapannya bisa di tahun 2024 ini," kata Irvan kepada pers dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (14/5).
Yang jelas, secara garis besar, beberapa poin yang diatur dalam regulasi market maker, yakni: persyaratan LP seperti SOP, manajemen risiko, dan sistem. Adapun, LP merupakan firma yang menyiapkan likuiditas di pasar keuangan. Anggota Bursa (AB) dapat mengajukan diri untuk mendaftar sebagai LP sesuai syarat yang bursa tentukan.
Sejauh ini, Irvan menyebut, sudah ada tiga AB yang tengah berdiskusi dengan BEI untuk menjadi AB pilot.
"Namun kami belum bisa ungkapkan siapa saja," kata Irvan.
Sebelumnya, Irvan telah menjelaskan bahwa market maker bakal melakukan bid dan offer transaksi saham secara rutin. Apa tujuannya? Memudahkan para investor dalam bertransaksi.
Dalam rencana BEI, penyediaan likuiditas itu akan berlaku untuk efek tertentu. Market maker juga diharap mesti melaksanakan kuotasi transaksi saham, baik jual maupun beli, sesuai ketentuan.
Ke depan, BEI mengharapkan kehadiran LP dapat meningkatkan likuiditas transaksi. "Dan penurunan spread atas saham-saham yang masuk ke dalam daftar saham yang dapat dikuotasikan oleh LP," kata Irvan lagi.
Pada akhirnya, regulasi itu diharap mampu mendongkrak nilai transaksi saham di pasar modal. Berdasarkan data terkini, per Senin (13/5), rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mencapai Rp11,74 triliun sejak awal tahun.
Pada 2024 sendiri, BEI menargetkan RNTH senilai Rp12,25 triliun selama 239 hari perdagangan. Artinya, realisasi RNTH per awal pekan ini sudah sebesar 95,83 persen dari target 2024.
Adapun, pada 2023 lalu, RNTH BEI berjumlah Rp10,75 triliun, diikuti dengan volume transaksi harian sebanyak 19,8 miliar lembar saham, dan frekuensi transaksi harian mencapai 1,2 juta kali.