Jakarta, FORTUNE – Perum Bulog telah mengImpor 2 juta ton Beras melalui 26 pelabuhan di seluruh Indonesia dengan mengutamakan pelabuhan di daerah non-sentra produksi.
Pada tahun ini, kuota penugasan impor beras untuk lembaga tersebut mencapai 3,6 juta ton.
Artinya, Bulog telah merealisasikan impor lebih dari separuh kuota penugasan yang telah ditetapkan kepadanya.
“Pelabuhan Tanjung Priok, sebagai pelabuhan utama dan terbesar di Indonesia, juga menjadi salah satu pelabuhan masuknya beras impor. Dari awal tahun hingga Mei 2024 terdapat puluhan kapal yang [muatannya] sudah berhasil dibongkar di Pelabuhan Tanjung Priok dengan total 490.000 ton beras,” kata Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, dalam keterangannya yang dikutip Kamis (13/6).
Bayu mengatakan pada Januari hingga Maret lalu aktivitas bongkar muat mengalami kendala karena tingginya curah hujan, mengharuskan berlakunya waktu ekstra untuk menurunkan beras.
“Beberapa kasus masalah keterlambatan juga sudah diatasi, sehingga saat ini sudah tidak ada antrean kapal beras di Pelabuhan Tanjung Priok maupun antrean truk-truk beras di gudang Jakarta,” ujarnya.
Selain melakukan impor, Bulog saat berfokus untuk menyerap gabah dan beras milik petani.
Hingga pertengahan Juni ini, Bulog telah menyerap produk petani dalam negeri sebanyak hampir 700.000 ton. Adapun stok beras yang dimiliki Bulog sebagai cadangan beras pemerintah (CBP) mencapai 1,8 juta ton.
“Dalam upaya menjaga stok dengan volume ideal tersebut, Bulog terus mendahulukan pengadaan gabah/beras dalam negeri selama musim panen,” ujar Bayu.
Siap menjalankan tugas akuisisi perusahaan asing di Kamboja
Kemudian, Bayu mengatakan telah menjalin komunikasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Phnom Penh, Kamboja, dan beberapa pelaku usaha beras di Kamboja dan negara sekitarnya demi merespons soal permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar Bulog dapat mengakuisisi perusahaan pangan asal Kamboja.
“Pada dasarnya kami siap melaksanakan penugasan tersebut,” ujarnya.
Bayu pun menyebut telah berkomunikasi dengan perbankan nasional mengenai potensi investasi untuk mengakuisisi perusahaan pangan asal Kamboja.
“Sejauh ini Bulog juga sudah melakukan kerja sama perdagangan beras dengan Kamboja, baik dengan skema B2B maupun skema G2G di tahun 2023 dan awal 2024,” katanya.