Jakarta, FORTUNE - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) buka suara mengenai lonjakan harga hotel yang signifikan selama perhelatan MotoGP di Mandalika, Nusa Tenggara Barat.
Ketua PHRI Nusa Tenggara Barat (NTB), Ni Ketut Wolini, memberikan penjelasan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh pada harga hotel saat ajang besar seperti MotoGP berlangsung.
Sebetulnya, kata dia, kenaikan harga hotel di NTB saat MotoGP telah diatur melalui Peraturan Gubernur (Pergub) NTB No.9/2022, yang mengelompokkan daerah ke dalam tiga zona.
Berdasarkan aturan tersebut, hotel sekitar kawasan Mandalika diperbolehkan menaikkan harga hingga berkali-kali lipat dari harga normal.
"Misalnya, tarif hotel yang biasanya Rp500.000 atau Rp1 juta, selama MotoGP bisa naik menjadi tiga kali lipat," kata dia saat konferensi pers, Senin (30/9).
Untuk wilayah di luar Mandalika, seperti Kota Mataram dan Senggigi, manajemen hotel dapat menaikkan harga hingga dua kali lipat dari tarif normal, sementara itu di daerah lainnya kenaikan harga maksimal hanya satu kali lipat.
"Kenaikan harga tersebut legal dan sesuai regulasi," kata Wolini.
Namun, dia menyoroti perilaku broker yang sering kali memperburuk situasi dengan menaikkan harga lebih tinggi lagi setelah memesan banyak kamar sekaligus. Hal ini menyebabkan harga kamar hotel menjadi sangat mahal bagi konsumen langsung, meskipun hotel-hotel telah menetapkan harga sesuai regulasi.
"Ada broker atau agen perjalanan yang memesan ratusan kamar dengan harga yang sudah naik. Mereka kemudian menjualnya kembali dengan harga yang lebih tinggi untuk mendapatkan keuntungan," ujar Wolini.
Dia menyatakan broker ini tidak bisa dikendalikan karena memang tidak diatur oleh regulasi yang ada.
"Jadi, harga yang sangat tinggi ini sering kali di luar kendali pihak hotel," katanya.
Tarif dinamis hotel
Wolini juga mengingatkan bahwa hotel menggunakan sistem tarif dinamis (dynamic rate) yang mirip dengan harga tiket pesawat, yang membuat harganya bisa lebih murah jika dipesan jauh-jauh hari.
"Tamu yang memesan lebih awal biasanya mendapatkan harga lebih murah, meskipun tarifnya sudah naik tiga kali lipat. Jadi, prinsipnya, siapa yang memesan duluan, mereka yang mendapatkan harga terbaik," ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa ketersediaan kamar hotel menjadi salah satu faktor penentu harga, sehingga pemesanan pada awal waktu sangat disarankan bagi para penonton MotoGP yang ingin menghindari lonjakan harga.
Dengan regulasi yang jelas dari pemerintah dan adanya peran broker, lonjakan harga hotel saat ajang balapan berlangsung sulit dihindari.
Namun, Wolini menegaskan bahwa pemesanan lebih awal adalah solusi terbaik bagi wisatawan untuk mendapatkan harga yang lebih terjangkau, serta menghindari peran broker yang sering kali menaikkan harga secara tidak terkendali.
Tingkat hunian hotel saat perhelatan Moto GP di kawasan Mandalika mencapai 100 persen, sementara daerah di luar Mandalika seperti Kota Mataram dan Senggigi mencapai 90 persen.