NEWS

Makelar Kamar Hotel Saat MotoGP di Mandalika Lambungkan Tarif

Kerap tawarkan kamar hotel dengan harga jauh di atas aturan.

Makelar Kamar Hotel Saat MotoGP di Mandalika Lambungkan TarifThe Lombok Lodge (googlemap.com/The Lombok Lodge)
30 September 2024

Fortune Recap

  • Kenaikan harga diatur melalui Peraturan Gubernur (Pergub) NTB No.9/2022, dengan zona dan batasan kenaikan harga.
  • Peran broker dalam menaikkan harga lebih tinggi lagi setelah memesan banyak kamar menjadi sorotan PHRI.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) buka suara mengenai lonjakan harga hotel yang signifikan selama perhelatan MotoGP di Mandalika, Nusa Tenggara Barat.

Ketua PHRI Nusa Tenggara Barat (NTB), Ni Ketut Wolini, memberikan penjelasan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh pada harga hotel saat ajang besar seperti MotoGP berlangsung.

Sebetulnya, kata dia, kenaikan harga hotel di NTB saat MotoGP telah diatur melalui Peraturan Gubernur (Pergub) NTB No.9/2022, yang mengelompokkan daerah ke dalam tiga zona.  

Berdasarkan aturan tersebut, hotel sekitar kawasan Mandalika diperbolehkan menaikkan harga hingga berkali-kali lipat dari harga normal.

"Misalnya, tarif hotel yang biasanya Rp500.000 atau Rp1 juta, selama MotoGP bisa naik menjadi tiga kali lipat," kata dia saat konferensi pers, Senin (30/9).

Untuk wilayah di luar Mandalika, seperti Kota Mataram dan Senggigi, manajemen hotel dapat menaikkan harga hingga dua kali lipat dari tarif normal, sementara itu di daerah lainnya kenaikan harga maksimal hanya satu kali lipat.

"Kenaikan harga tersebut legal dan sesuai regulasi," kata Wolini.

Namun, dia menyoroti perilaku broker yang sering kali memperburuk situasi dengan menaikkan harga lebih tinggi lagi setelah memesan banyak kamar sekaligus. Hal ini menyebabkan harga kamar hotel menjadi sangat mahal bagi konsumen langsung, meskipun hotel-hotel telah menetapkan harga sesuai regulasi.

"Ada broker atau agen perjalanan yang memesan ratusan kamar dengan harga yang sudah naik. Mereka kemudian menjualnya kembali dengan harga yang lebih tinggi untuk mendapatkan keuntungan," ujar Wolini.

Dia menyatakan broker ini tidak bisa dikendalikan karena memang tidak diatur oleh regulasi yang ada. 

"Jadi, harga yang sangat tinggi ini sering kali di luar kendali pihak hotel," katanya.

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.