Jakarta, FORTUNE – Pemerintah tengah berencana melanjutkan proyek pembangunan kereta cepat Jakarta menuju Surabaya.
Dalam rapat dengan komisi V, Direktur Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan, Risal Wasal, mengatakan pemerintah akan melanjutkan mega proyek kereta cepat hingga Surabaya, Jawa Timur, setelah melakukan uji coba kereta cepat Jakarta-Bandung.
“Ini akan kita programkan sampai Surabaya, tapi akan dilewatkan Yogyakarta,” ujarnya, Rabu (5/7). ‘
Dia mengatakan izin operasi kereta cepat Jakarta Bandung (KCJB) bisa keluar lebih cepat, yakni 18 Agustus 2023.
Pada saat uji coba operasional tempo hari, kereta berjalan dengan kecepatan 350 kilometer per jam, yang merupakan puncak kecepatan KCJB ketika nanti dioperasikan dengan melahap jalur sepanjang 142,3 kilometer.
Dengan kecepatan tersebut, waktu tempuh dari Stasiun Halim ke Padalarang adalah 32 menit, dan dari Stasiun Tegalluar kembali menuju Stasiun Halim 44 menit.
“Ini kita siapkan angkutan feeder nantinya dari Padalarang ke Bandung hanya 15 menit,” kata Risal.
Gambaran sementara Kereta Cepat Jakarta-Surabaya
Rel kereta cepat Jakarta-Surabaya diperkirakan akan memiliki panjang yang sama dengan jalur kereta biasa yang kira-kira mencapai 720 kilometer.
Pada kesempatan yang lain, Menteri Perhubungan Budi Karya dari mengatakan bahwa wacana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya akan melewati kurang lebih tiga stasiun, dan paling tidak berhenti di Cirebon serta Semarang.
Dengan jarak sama itu, waktu tempuhnya diperkirakan akan jauh berbeda. Jika kereta biasa membutuhkan sekitar 9 jam, maka kereta cepat diproyeksikan akan butuh waktu 4 jam.
Sedang melakukan studi untuk memulai
Pelaksanaan studi untuk memperpanjang jalur kereta cepat hingga Surabaya telah berlangsung sebelumnya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan Indonesia telah berpengalaman membangun KCJB, dan pengalaman tersebut diharapkan dapat membuat Indonesia dapat berhemat dalam mengerjakan proyek serupa.
"Kemudian melalui hilirisasi, akan banyak material yang digunakan dari dalam negeri, sehingga akan menghasilkan terobosan-terobosan baru," kata Luhut pada Juni lalu.
Dia pun tidak menutup pintu bagi Cina untuk menjadi salah satu negara yang bergerak membangun proyek ini karena negara tersebut memiliki portofolio panjang dalam mengerjakan kereta cepat.
"Kalau kita lihat sekarang yang paling banyak memproduksi kereta cepat kan Tiongkok, 40.000 (km). Jadi, cost dia pasti lebih murah,” ujarnya.