BPS Catat 25,22 Juta Orang Masih Miskin Per Maret 2024

Angka kemiskinan turun 680 ribu dibandingkan Maret 2023.

BPS Catat 25,22 Juta Orang Masih Miskin Per Maret 2024
Plt Sekretaris Utama BPS Imam Machdi. (Doc: BPS)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Jumlah penduduk miskin Maret 2024 sebesar 25,22 juta orang atau 9,05 persen, turun 680 ribu orang atau 0,33 persen dari Maret 2023.
  • Basis garis kemiskinan Maret sebesar Rp582.932 naik 5,90 persen dari Maret 2023. Garis kemiskinan perkotaan lebih tinggi daripada pedesaan.
  • Tingkat kemiskinan terus menyusut sejak Maret 2021 namun disparitas antara perkotaan (7,09%) dan pedesaan (11,79%) masih cukup besar.

Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin pada Maret 2024 sebesar 25,22 juta orang atau sekitar 9,05 persen. Angka tersebut turun 680 ribu orang atau 0,33 persen dibandingkan Maret 2023.

Plt Sekretaris Utama BPS Imam Machdi menuturkan, angka kemiskinan tersebut menggunakan basis garis kemiskinan Maret yang sebesar Rp582.932 atau naik 5,90 persen dibandingkan Maret 2023.

"Pada Maret 2024, garis kemiskinan perkotaan sebesar Rp601.871 atau lebih tinggi daripada garis kemiskinan pedesaan yang sebesar Rp566.874 Jika dilihat perubahannya kenaikan garis kemiskinan perkotaan dari Maret 2023 ke Maret 2024 sebesar 5,72 persen atau lebih rendah dari kenaikan garis kemiskinan pedesaan 6,06 persen," ujarnya dalam konferensi pers, Senin (2/7).

Imam menuturkan, setelah sempat meningkat pada masa pandemi di 2020, Tingkat Kemiskinan Indonesia terus menyusut sejak Maret 2021. BPS mencatat, jumlah penduduk miskin pada Maret dan September 2020 masing-masing sebesar 26,42 juta atau 9,78 persen dan 27,55 juta atau 10,19 persen. 

Adapun tingkat kemiskinan pada Maret 2024 ini sudah lebih rendah dibandingkan kondisi sebelum pandemi, yang pada Maret dan September 2019 tercatat masing-masing sebesar 25,14 juta atau 9,41 persen dan 24,79 juta atau 9,22 persen.

Namun, jika dilihat lebih dalam, penurunan tingkat kemiskinan terjadi baik di pedesaan maupun perkotaan dengan penurunan lebih besar di wilayah pedesaan. "Jika dibandingkan masih terjadi  disparitas yang cukup besar antara perkotaan dan perdesaan," tuturnya. 

Pada Maret 2024, tingkat kemiskinan di pedesaan mencapai 11,79 persen sementara di perkotaan 7,09 persen. Jika dibandingkan Maret 2023, terjadi penurunan kemiskinan di pedesaan sebesar 0,43 persen, sementara di perkotaan turun sebesar 0,20 persen. 

Kemudian, jika dibandingkan kondisi sebelum pandemi, maka tingkat kemiskinan di pedesaan sudah lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi, sedangkan tingkat kemiskinan di wilayah perkotaan masih lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi.

"Tingkat kemiskinan di pedesaan lebih rendah 0,81 persen poin jika dibandingkan september 2019. Sementara itu, tingkat kemiskinan perkotaan pada Maret 2024, masih lebih tinggi 0,53 persen poin jika dibandingkan dengan kondisi september 2019," jelasnya.

Faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan

Imam juga memaparkan sejumlah kondisi yang mempengaruhi tingkat kemiskinan Indonesia per Maret 2024. Pertama, kondisi perekonomian yang secara umum positif, tercermin antara lain pertumbuhan ekonomi triwulan 1 2024 mencapai 5,11 persen dengan didorong kuatnya aktivitas domestik, serta nilai tukar petani umum dan secara khusus pada subsektor tanaman pangan per Maret 2024 yang lebih tinggi dari periode sama tahun lalu.

"Sejalan dengan hal tersebut upah buruh pada lapangan usaha pertanian juga meningkat. Pada periode Januari sampai Maret 2024 pemerintah menyalurkan berbagai bantuan sosial seperti bantuan pangan beras, blt mitigasi risiko pangan, dan BPNT dan juga PKH," tuturnya.

Di sisi lain, terdapat faktor-faktor yang menahan penurunan tingkat kemiskinan antara lain kenaikan harga beberapa komoditas pokok pada Maret 2023-Maret 2024, seperti beras naik sekitar 20,07 peresn, telur ayam ras 11,60 persen dan juga cabai merah 45,94 persen. "Kenaikan harga beberapa komoditas pokok ini tentu mempengaruhi tingkat konsumsi dan pengeluaran masyarakat yang tercermin pada tingkat kemiskinan yang akan saya umumkan hari ini," tuturnya.

Kenaikan harga komoditas pokok tersebut juga meiliki dampak pada kenaikan garis kemiskinan pada Maret 2024. Sebab, jika ditilik berdasarkan komponen pembentuknya, peranan makanan terahdap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan.

"Pada Maret 2024, pernanan komoditas makanan mencapai 74,44 persen, sementara komoditas bukan makanan 25,56 persen terhadap garis kemiskinan," tandasnya.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Mega Insurance dan MSIG Indonesia Kolaborasi Luncurkan M-Assist
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024
Booming Chip Dorong Pertumbuhan Ekonomi Singapura
Pimpinan G20 Sepakat Kerja Sama Pajaki Kelompok Super Kaya
Dorong Bisnis, Starbucks Jajaki Kemitraan Strategis di Cina