Jakarta, FORTUNE - APBN mengalami surplus Rp22,8 triliun atau sekitar 0,10 persen terhadap PDB hingga 15 Maret 2024.
Menurut Kementerian Keuangan, surplus berasal dari pendapatan negara yang mencapai Rp493,2 triliun atau 17,6 persen dari target dibandingkan dengan belanja negara yang mencapai Rp470,3 triliun atau 14,1 persen dari target.
"Kalau kita lihat dari total posturnya, Rp22,8 triliun masih surplus 0,1 persen dari PDB, tapi surplus tahun ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (Rp122,9 triliun)," ujar Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers APBN KiTA, Senin (25/3).
Secara terperinci, pendapatan negara Rp493,2 triliun mengalami penurunan 5,4 persen dibandingkan dengan periode sama pada tahun sebelumnya (yoy) yang sebesar Rp521,3 triliun. Ini terdiri dari penerimaan perpajakan sebesar Rp399,4 triliun atau 17,3 persen dari target APBN sebesar Rp2.309 triliun dan PNBP sebesar Rp93,5 triliun atau 19 persen dari target Rp492 triliun.
Lebih jauh, penerimaan perpajakan terdiri dari penerimaan pajak sebesar Rp342,9 triliun atau 17,2 persen dari target Rp1.988,9 triliun dan kepabeanan & cukai sebesar Rp56,5 triliun atau 17,6 persen dari target Rp321 triliun.
Sementara itu, belanja negara yang sebesar Rp470,3 triliun terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp328,9 triliun atau 13,3 persen dari target Rp2.476,5 triliun dan Transfer ke Daerah (TKD) sebesar Rp141,4 triliun atau 16,5 persen dari target Rp117,4 triliun.
Keseimbangan primer surplus sebesar Rp132,1 triliun atau -517,8 persen terhadap target APBN yang sebesar -25,5 triliun.
Keseimbangan primer adalah selisih dari total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang.
Realisasi asumsi makro APBN
Dalam kesempatan tersebut, Sri Mulyani juga menyampaikan realisasi asumsi makro APBN 2024 sebagai berikut:
- Inflasi dengan asumsi 2,8 persen teralisasi 0,41 persen year-to-date (ytd) dan 2,75 persen year-on-year (yoy)
- Nilai tukar rupiah dengan asumsi Rp15.000 terealisasi Rp15.662 end-of-periode (eop) atau rata-rata Rp15.645 ytd
- Suku bunga SBN 10 tahun dengan asumsi 6,7 persen teralisasi 6,66 persen eop dan 6,03 ytd
- Harga minyak Indonesia dengan asumsi US$82 per barel, realisasinya US$77,12 per barel eop/ytd
- Lifting minyak dengan asumsi 635.000 barel per hari, realisasinya 575,6 ribu barel per hari
- Lifting gas dengan asumsi 1.033 ribu barel setara minyak per hari realisasinya 906,6 ribu barel setara minyak per hari