Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia (BI) mencatat nilai Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia mencapai US$414,3 miliar atau sekitar Rp6.335 triliun pada akhir Juli 2024. Nilai itu naik 4,1 persen secara tahunan.
Asisten Gubernur Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono menjelaskan, perkembangan ULN tersebut bersumber dari sektor publik, baik Pemerintah maupun Bank Sentral.
"Posisi ULN pada Juli 2024 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk Rupiah,"kata Erwin melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Jumat (20/9).
Utang Pemerintah naik tipis 0,6%
Bila dilihat lebih rinci, dari nilai tersebut, ULN pemerintah pada Juli 2024 sebesar US$194,3 miliar atau tumbuh sebesar 0,6 persen (yoy).
Erwin menyebut, perkembangan ULN Pemerintah dipengaruhi oleh penarikan pinjaman luar negeri dan peningkatan aliran masuk modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN), seiring dengan tetap terjaganya kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian Indonesia.
"Sebagai salah satu instrumen pembiayaan APBN, pemanfaatan ULN terus diarahkan untuk mendukung pembiayaan sektor produktif serta belanja prioritas guna melanjutkan momentum pertumbuhan ekonomi," katanya.
Bank sentral menyebut, ULN pemerintah tetap dikelola secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel untuk mendukung belanja, antara lain pada sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial porsinya sebesar 20,9 persen dari total ULN Pemerintah dan administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib sebesar 18,9 persen.
"Posisi ULN pemerintah tetap terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,98 persen dari total ULN pemerintah," kata Erwin.
Utang swasta turun 0,1%
Sementara itu, pada Juli 2024, posisi ULN Swasta tercatat sebesar US$195,2 miliar atau mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,1 persen (yoy), setelah mencatatkan pertumbuhan yang rendah pada Juni 2024.
Perkembangan tersebut terutama didorong oleh ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) yang mencatatkan kontraksi pertumbuhan sebesar 0,04 persen (yoy).
Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari Sektor Industri Pengolahan; Jasa Keuangan dan Asuransi; Pengadaan Listrik dan Gas; serta Pertambangan dan Penggalian, dengan pangsa mencapai 78,9 persen dari total ULN swasta.