NEWS

Ekonom: Libur Akhir Tahun Bisa Beri Dampak Ekonomi US$12,69 Miliar

Masih ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi pemerintah.

Ekonom: Libur Akhir Tahun Bisa Beri Dampak Ekonomi US$12,69 MiliarKepadatan di jalan tol menuju Puncak Bogor menjelang libur akhir tahun 2024, 21/12. (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)
27 December 2024

Jakarta, FORTUNE – Ekonom Indonesia, Masyita Crystallin, mengungkapkan bahwa aktivitas pariwisata pada momentum liburan akhir tahun bisa memberikan Dampak Ekonomi bagi masyarakat hingga US$12,69 miliar atau sekitar Rp206,12 triliun (kurs Rp16.243,07/US$).

Hal ini, menurutnya, mencerminkan dampak signifikan sektor pariwisata bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. “Kemampuan sektor pariwisata memadukan berbagai jenis sektor dalam satu kesatuan produk jasa menjadikan sektor ini sangat cocok untuk didorong lebih jauh, terutama selama musim liburan, demi memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat,” ujarnya dalam keterangan yang diterima Fortune Indonesia, Kamis (26/12).

Peningkatan investasi di sektor pariwisata yang terintegrasi dengan pengembangan produk lokal, menurutnya mampu memberikan dampak besar bagi perekonomian. Hasil simulasi menggunakan data input-output menunjukkan adanya potensi penciptaan jutaan lapangan kerja, khususnya di sektor pertanian, manufaktur, dan jasa.

"Sebagai gambaran, setiap stimulus sebesar Rp1 triliun pada sektor-sektor tersebut dapat menghasilkan 200 hingga 300 ribu lapangan pekerjaan," katanya.

Belum optimal

Masyita menilai bahwa modal besar yang dimiliki Indonesia dalam hal geografis, biodiversitas, sosial, maupun budaya, tampaknya belum dimanfaatkan secara optimal. "Jika dikelola dengan strategi yang tepat, pariwisata tidak hanya menjadi motor penggerak ekonomi, tetapi juga sarana menciptakan kesejahteraan masyarakat secara luas, sekaligus memperkokoh posisi Indonesia sebagai destinasi unggulan di kancah global,” ujarnya.

Laporan Travel & Tourism Development Index (TTDI) 2024 dari World Economic Forum, menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-22 dari 119 negara. Angka ini masih berada di bawah negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) di peringkat pertama, Jepang di peringkat ketiga, atau Cina di peringkat kedelapan.

Tantangan

Masyita mengatakan, saat ini ada sejumlah tantangan yang masih jadi pekerjaan rumah dalam mengoptimalkan potensi sektor periwisata Tanah Air, seperti masalah infrastruktur yang masih belum memadai untuk menghubungkan berbagai daerah meskipun daya saing harga sudah cukup baik.

Tantangan berikutnya adalah inovasi dalam pelayanan wisata dan eksplorasi budaya yang belum tergali optimal. “Indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya yang luar biasa, namun upaya untuk memadukan inovasi dengan tradisi masih terbatas. Ini adalah peluang besar yang harus dimanfaatkan,” kata Masyita.

Berikutnya adalah keberlanjutan, yang menjadi kunci masa depan pariwisata Indonesia, terutama sebagai daya tarik bagi wisatawan dalam jangka panjang. Tantangan keempat adalah lingkungan pendukung pariwisata, seperti keamanan, kesehatan, higienitas, dan pasar tenaga kerja yang masih perlu ditingkatkan.

Sementara, tantangan kelima adalah pendukung usaha wisata, khususnya teknologi informasi dan komunikasi yang masih belum optimal, terkait kesulitan para wisatawan dalam mendapatkan akses informasi yang akurat dan terpercaya. “Promosi digital dan pendekatan berbasis data harus menjadi prioritas jika kita ingin menjangkau wisatawan global,” katanya.

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.