Forum B20 Tingkatkan Akses Pembiayaan Transisi Energi Global
Sektor energi memiliki sejumlah tantangan kritis.
Jakarta, FORTUNE – Forum dialog komunitas bisnis global G20 (B20) berkomitmen meningkatkan dukungan pembiayaan percepatan transisi energi menuju penggunaan energi baru terbarukan (EBT). Hal ini merupakan bagian dari upaya pengurangan emisi karbon dan mencapai zero net carbon pada 2060.
Chair of Task Force Energy, Sustainability, & Climate B20, Nicke Widyawati, mengungkapkan pembiayaan menjadi fokus kerja sama global dalam peningkatan akses pembiayaan skala besar untuk investasi transisi energi.
Pertukaran pandangan selama stakeholder consultacy akan memperkaya pembentukan rekomendasi Task Force Energy G20. Stakeholder Consultation Ke-3, Task Force Energy, Sustainability, & Climate B20 dilaksanakan di Jakarta pada Jumat (18/3) lalu dengan fokus pembahasan pada peningkatan dukungan pembiayaan dalam rangka mempercepat transisi energi.
Stakeholder Consultation juga dihadiri berbagai lembaga keuangan, seperti World Bank, MUFG Bank, Global Reporting Initiative (GRI), International Federation of Accountants (IFAC), World Research Institute (WRI) selaku Network Partner.
Menurut Nicke, berbagai isu utama yang dibahas dalam Stakeholder Consultation ke-3 di antaranya terkait kerja sama global untuk pasar karbon serta penyaluran dana untuk membiayai transisi energi, serta penerapan standar pelaporan keberlanjutan (sustainable reporting) dan taksonomi yang diakui secara global.
Tantangan kritis sektor energi
Secara global, sektor energi merupakan sektor yang memiliki tantangan yang paling kritis untuk beralih ke energi berkelanjutan (sustainable energy). Tantangan ini berkaitan dengan upaya mengurangi emisi karbon yang menjadi penyebab gas rumah kaca.
Indonesia menurutnya memiliki kondisi sedikit berbeda, karena kontribusi emisi karbon dari energi berada pada kisaran 20% - 36% dibandingkan dengan deforestasi yang berada pada kisaran 44% - 62%.
"Tetapi, hal ini tidak bisa menjadi alasan bagi para pelaku industri, khususnya di sektor energi, untuk tidak ikut serta dalam pengurangan emisi gas rumah kaca,” ujar Nicke dikutip dari laman Pertamina.
Berdadsarkan perkiraan IPCC, kenaikan suhu rata-rata global saat ini sudah mendekati ambang batas konsensus 1,5 derajat celcius.
“Ada sedikit waktu yang tersisa untuk mengambil tindakan drastis untuk mengurangi percepatan emisi puncak ke transisi hingga menuju ke net zero, yang saat ini tertinggal secara signifikan,” imbuh Nicke.
3 Rekomendasi kebijakan transisi energi
Nicke mengungkapkan tiga rekomendasi kebijakan yang harus jadi fokus bersama menekan percepatan laju pemanasan global.
Pertama, percepatan transisi menuju penggunaan EBT secara berkelanjutan. Hal ini diwujudkan melalui kerja sama global, demi terciptanya akselerasi transisi dan pengurangan intensitas karbon.
Kedua, memastikan transisi energi yang adil dan terjangkau oleh semua pihak, baik negara maju maupun negara berkembang.
Ketiga, kerja sama global dalam meningkatkan ketahanan energi dengan mendorong perluasan akses konsumsi energi yang bersih dan modern.
Konsultasi para pemangku kepentingan
Sementara Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Internasional Kemenko Perekonomian, Rizal Affandi Lukman mengatakan, konsultasi bersama para pemangku kepentingan secara berkelanjutan dapat jadi sarana mengumpulkan ide, wawasan, maupun informasi yang relevan yang terkait situasi terkini.
“Ke depan, tentunya akan menjalin kolaborasi dan kemitraan yang kuat dalam melahirkan rekomendasi kebijakan yang baik untuk semua,” ujar Rizal.