NEWS

India dan Cina Jadi Alternatif Target Pasar Pariwisata Indonesia

Pasar Eropa dan Amerika sedang alami perlambatan ekonomi.

India dan Cina Jadi Alternatif Target Pasar Pariwisata IndonesiaMenparekraf, Sandiaga S. Uno. (Tangkapan layar)
04 July 2023

Jakarta, FORTUNE – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tengah membidik India dan Cina sebagai alternatif pasar wisatawan mancanegara (wisman), menggantikan Eropa dan Amerika Serikat yang sedang mengalami perlambatan ekonomi.

Adapun, negara tersebut dinilai masih bertumbuh dengan baik, sehingga Kemenparekraf akan meningkatkan aksesibilitas dan konektivitasnya. "Kemarin kita juga menyasar pasar Cina secara khusus, karena kita ingin pasar Cina berkembang, jangan sampai terkontaminasi dengan isu-isu yang sempat merebak tentang Indonesia dan Bali, notabene tentang isu keamanan wisatawan dan sebagainya. Pasar Australia juga masih sangat menjanjikan,” ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno,  dalam weekly brief, Senin (3/7).

Menurutnya, saat ini pergerakan wisatawan mancanegara (wisman) belum sepenuhnya pulih atau menyamai angka sebelum pandemi Covid-19 di atas 16 juta pergerakan. “Kita butuh waktu untuk mencapai angka sebelum pandemi, tapi dari target yang kita sampaikan, semua bisa melampaui target batas atas,” kata Sandiaga. “Tahun ini target wisman 8,5 juta pergerakan, tapi kalau kita membandingkan secara tahunan, kelihatannya kita bisa melewati target batas atas.”

Adapun strategi pemerintah untuk mencapai target ini adalah dengan meningkatkan konektivitas. “Untuk India, kami sudah menambah beberapa penerbangan langsung yang sudah diumumkan, antara lain Vistara dengan target Delhi-Jakarta dan Delhi-Bali; juga Indigo yang sudah mengumumkan Delhi-Jakarta,” ujarnya.

Jangan lupa pasar domestik

Selain wisman, pariwisata Indonesia saat ini juga masih perlu didukung oleh wisawatan domestik sehingga target 1,4 miliar pergerakan wsiatawan nusantara (wisnus) dapat tercapai.

Di sisi lain, kekuatan ekonomi Indonesia yang berada pada konsumsi rumah tangga haruss mampu diperkuat, misalnya dengan penyelenggaraan event berkelas. "Jadi, menurut data yang kami terima, kelas menengah atas kita cenderung belum berani berkonsumsi, sementara kita ingin mereka yang menggerakkan ekonomi,” ujar Sandiaga.

Oleh karena itu, dengan terselenggaranya event di Tanah Air bisa menjjadi kesempatan untuk mendorong pergerakan wisnus dan konsumsi mereka di sektor pariwisata. “Kita juga harapkan bisa mampu untuk mendorong lapangan kerja yang dibutuhkan masyarakat,” katanya.

BVK kontraproduktif

Terlakait marak isu pencabutan sementara Bebas Visa Kunjungan (BVK) pada 159 negara, Sekretaris Jenderal Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHR), Maulana Yusran, mengatakan bahwa pihaknya tetap menghargai apapun kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, namun bila dikaitkan dengan situasi pemulihan sejak pandemi, kebijakan ini dinilai kontraproduktif.

“Kalau melihat data terakhir kunjungan wisman ke Indonesia yang masih di bawah 4 jutaan dan sebelum pandemi Covid-19 mencapai 16 juta, maka Indonesia masih butuh insentif, atau bantuan kebijakan dari pemerintah untuk dapat memicu pancapaian angka ini kembali. Ada daerah-daerah yang kontribusi pariwisatanya dari wisman, seperti Bali, Kepulauan Riau, atau Manado,” kata Yusran kepada Fortune Indonesia, Selasa (4/7).

PHRI tidak berharap 159 negara kembali dapat BVK, tapi setidaknya negara-negara yang masuk 10 besar kontributor wisman bisa dibebaskan visanya. Apalagi, negara-negara seperti Australia, Cina, atau India, saat ini mendatangkan wisman berkualitas.

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.