NEWS

Jazz Gunung Indonesia: Perputaran Ekonomi Capai Rp20 M per Seri Acara

Dapat tingkatkan perekonomian masyarakat sekitar.

Jazz Gunung Indonesia: Perputaran Ekonomi Capai Rp20 M per Seri AcaraJazz Gunung Bromo 2024. (Fortuneidn/Bayu Satito)
20 July 2024

Probolinggo, FORTUNE – PT Jazz Gunung Indonesia (JGI) mengungkapkan bahwa perputaran uang pada setiap seri penyelenggaraan Jazz Gunung mencapai sekitar Rp20 miliar, dan menimbulkan efek domino bagi perekonomian masyarakat di sekitar lokasi acara, yang salah satunya adalah kawasan Gunung Bromo.

Direktur Utama JGI, Bagas Indyatmono, mengatakan bahwa perputaran tersebut datang dari banyak sumber transaksi.

“Pertama dari tiketnya sendiri, tiket pesawat, akomodasi, transportasi, kemudian konsumsi, dan lain sebagainya. Itu bisa kami perinci,” ujarnya kepada Fortune Indonesia, pada konferensi pers JGI Bromo, Jumat (19/7).

Menurutnya, Perputaran Ekonomi ini pada akhirnya tidak hanya terjadi pada internal penyelenggaraan JGI saja, namun juga kepada masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi penyelenggaraan, terutama berkenaan dengan akomodasi dan transportasi pengunjung.

“Misalnya, kapasitas JGI bisa mencapai 2.500 pengunjung per hari, tapi hotel di sekitar Bromo hanya bisa menampung hanya 1.000 maksimalnya. Sisanya tentu akan tersebar di homestay yang dimiliki oleh masyarakat sekitar, dan bisa terisi penuh. Belum lagi warung yang ada di sekitar homestay juga berpeluang dapat pembeli yang banyak,” kata Bagas.

Perputaran uang yang terjadi di JGI, kata Bagas, akan semakin lebih besar lagi, mengingat pada 2024 JGI menyelenggarakan Jazz Gunung di empat lokasi, yakni Gunung Slamet Jawa Tengah, Gunung Bromo Jawa Timur, Gunung Ijen di Jawa Timur, Gunung Burangrang Jawa Barat.

“Jazz ini bukan hanya tentang musiknya, tapi di belakangnya ada tentang edukasinya, ada juga ekosistem yang harus kita perhatikan. Kami berharap, dari langkah yang kecil, tapi bisa menjadi besar nantinya,” ujarnya.

Bahkan, Bagas mengungkapkan bahwa tim penyelenggara acara selalu melibatkan 80 persen warga sekitar ke dalam kepanitiaan.

Selain itu, transfer pengetahuan pun dilakukan dengan harapan warga nantinya bisa menyelenggarakan acara serupa secara mandiri, dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang memang tersedia di wilayah tersebut.

Keberlanjutan

Pendiri Jazz Gunung Indonesia, Sigit Pramono.
Pendiri Jazz Gunung Indonesia, Sigit Pramono. (Fortuneidn/Bayu Satito)

Salah satu pendiri Jazz Gunung Indonesia, Sigit Pramono, mengatakan bahwa awalnya JGI memang mengadakan acara ini di lokasi miliknya.

Namun, seiring 16 tahun perjalanan dan makin banyaknya lokasi yang akan dijelajahi, maka pihaknya perlu memastikan keberlanjutan acara ini dengan membuka kolaborasi lebih banyak lagi dengan berbagai lembaga, bisnis, maupun komunitas, sehingga JGI bisa dilakukan di banyak tempat yang tak lepas dari konsep awal kawasan pegunungan.

“Seperti kemarin kami mengadakan Jazz Gunung Slamet itu, tempatnya milik pemerintah, yakni Perhutani. Menurut kami, menjalankan sesuatu–seperti festival JGI–itu tidak harus sepenuhnya memiliki. Di Burangrang, kami bekerja sama dengan Ronny Lukito, pemilik jenama Eiger, untuk menyelenggarakan Jazz Gunung di kawasan resor Dusun Bambu miliknya,” kata Sigit.

Lebih jauh, penyelenggaraan Jazz Gunung sebetulnya adalah bagian dari rebranding dari berbagai kawasan pariwisata pegunungan di Indonesia.

Menurut Sigit, Indonesia punya sekitar 128 gunung dan memiliki kekayaan budaya dari masyarakat yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, event seperti JGI bisa mendorong meningkatnya perputaran ekonomi masyarakat.

“Karena memang kekuatan Indonesia di seni budaya dan keindahan alam,” ujarnya.

Penyelenggaraan

Konferensi pers pembukaan Jazz Gunung Bromo 2024.
Konferensi pers pembukaan Jazz Gunung Bromo 2024. (Fortuneidn/Bayu Satito)

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.