Respons Masalah Gagal Ginjal Akut, Jokowi: Ini Masalah Besar
Rasio kematian akibat gagal ginjal akut mencapai 57,6%.
Jakarta, FORTUNE – Presiden Joko Widodo (Jokowi) merespons temuan kasus gagal ginjal akut yang banyak menyerang anak-anak beberapa waktu terakhir. Ia meminta masalah tersebut tak dianggap sepele dan memerlukan sejumlah tindakan.
"Jangan menganggap ini masalah kecil. Ini adalah masalah besar,” katanya dalam rapat internal yang dihadiri sejumlah menteri di Istana Negara, Senin (25/10).
Kasus ini diduga disebabkan oleh tingginya cemaran bahan pelarut di atas ambang batas yang ditetapkan, seperti propilen glikol, polietilen glikol, dan lain-lainnya. Berdasarkan data hingga 23 Oktober 2022, tercatat sudah 245 kasus gagal ginjal akut di 26 provinsi.
Jokowi menginstruksikan Menteri Kesehatan untuk menghentikan sementara peredaran obat sirup yang diduga mengandung bahan kimia penyebab gagal ginjal, sembari menunggu investigasi lanjutan yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). “Lakukan ini secara terbuka, transparan, tapi juga hati-hati dan objektif,” katanya.
Tarik dari peredaran
Jokowi juga menginstruksikan BPOM untuk segera menarik dan menghentikan peredaran obat yang terbukti mengandung bahan kimia penyebab gangguan ginjal tersebut. Ia juga menginginkan nama produk yang berbahaya bagi kesehatan tersebut diumumkan secara luas.
Ia juga minta Kementerian Kesehatan untuk mengeksplorasi dan memastikan berbagai penyebab kasus gagal ginjal. “Kita ini harus pastikan betul. Uji klinis harus dilakukan. Laboratorium seluler pada organ ginjal yang terdampak juga betul-betul dilihat betul, sehingga kita bisa memastikan apa yang menjadi penyebab dari gagal ginjal, terutama pada anak,” ucapnya.
Pengobatan gratis
Terakhir, mantan Walikota Solo ini juga menginstruksikan jajarannya menyiapkan pelayanan kesehatan termasuk pengadaan obat-obatan yang dapat mengatasi dan menangani masalah gagal ginjal di tanah air.
“Saya minta diberikan pengobatan gratis kepada pasien-pasien yang dirawat. Saya kira ini penting sekali,” ujarnya.
Berdasarkan data Kemenkes dan BPOM per (24/10), dari 245 kasus gagal ginjal akut yang dilaporkan pada 26 Provinsi, terdapat 141 kematian. Dengan demikian, rasio kematian akibat penyakit ini mencapai 57,6 persen. Sekitar 80 persennya terjadi di DKI Jakarta, Jawa Barat, Aceh, Jawa Timur, Sumatera Barat, Bali, Banten, dan Sumatera Utara.
Langkah konservatif
Mengenai tingginya rasio kematian, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, meminta jajarannya untuk mengambil langkah konservatif dengan menerbitkan edaran yang meminta apotek untuk sementara tidak menjual obat bebas dan/atau bebas terbatas dalam bentuk cair/sirop kepada masyarakat.
“Sejak kita berhentikan, itu sudah kita amati penurunan yang drastis dari pasien baru masuk ke rumah sakit. Jadi kalau tadinya RSCM itu penuh, satu tempat tidur ICU anak itu bisa diisi dua atau tiga, sekarang penambahan barunya sejak kita larang itu turun drastis pasien barunya,” katanya.
Ketersediaan obat
Kemenkes akan mempercepat kedatangan obat Fomepizole untuk pasien gangguan ginjal akut. Dari 10 pasien, sebanyak 7 orang sudah pulih, sehingga obat ini telah terbukti berdampak positif pada pasien gangguan ginjal akut.
“Kami sudah menerima 20 vial dari Singapura, kami menunggu mungkin dari Australia akan masuk 16 lagi, either malam malam ini atau besok pagi. Kami sedang proses untuk beli dari Amerika, mereka punya stok enggak terlampau banyak di sana, kami juga sekarang sedang dalam proses untuk beli dari Jepang, stoknya sekitar 2.000-an,” katanya (24/10).