Proyek PLTA Rp40 T Groundbreaking, Jokowi: Industri Hijau Terdongkrak
Produk industri hijau harus didukung sumber energi hijau.
Jakarta, FORTUNE – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan peletakan batu pertama atau groundbreaking Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Mentarang Induk yang dibangun PT Kayan Hydropower Nusantara, di Kalimantan Utara. Hadirnya PLTA ini diharapkan memacu pertumbuhan kawasan industri hijau, seperti Kalimantan Industrial Park Indonesia (KIPI) yang berada di Bulungan, Kalimantan Utara.
“Ini bukan pekerjaan yang mudah dan membutuhkan anggaran biaya yang tidak kecil US$2,6 miliar, kalau dirupiahkan kira-kira Rp40 triliun, sebuah nilai yang sangat besar sekali,” ujar Jokowi dalam acara Groundbreaking PLTA tersebut, Rabu (1/3).
PLTA Mentarang Induk nantinya berkapasitas sebesar 1.375 megawatt dan berpotensi menghasilkan energi listrik 9 Terawatt per jam (TWh). Ia pun berharap PLTA Mentarang Induk bisa segera beroperasi dan terhubung dengan KIPI Bulungan, yang berjarak sekitar 300 kilometer.
“Karena energinya hijau, produk-produk yang dihasilkan nanti yang di Bulungan, di KIPI Bulungan, juga produk-produk hijau, produk-produk yang emisi karbonnya rendah, produk-produk yang memiliki harga yang premium tetapi kompetitif,” katanya.
Masa depan
Menurut Jokowi, transformasi ekonomi hijau adalah masa depan Indonesia. Oleh sebab itu, kesuksesan KIPI Bulungan juga akan sangat bergantung pada keberadaan sumber-sumber energi yang ramah lingkungan di sekitarnya.
Di kawasan KIPI Bulungan akan dibangun sejumlah pabrik besar yang mendukung ekosistem kendaraan listrik.
"EV battery, baterai untuk mobil-mobil listrik, plus mobil listriknya ada di sana nanti. Yang kedua, aluminium, industri aluminium, yang juga akan dibangun di KIPI nanti. Aluminiumnya, aluminium hijau karena dari energi hijau. Kemudian yang ketiga, ada petrokimia yang juga semuanya segera dimulai,” kata Jokowi.
Kerja sama
Pembangunan PLTA Mentarang Induk yang siap dimulai ini adalah hasil kerja sama Indonesia dengan Malaysia. Hal ini menunjukkan, bahwa konsorsium yang dibentuk kedua negara bisa berjalan dengan baik.
Presiden juga menyampaikan penghargaannya bagi para tokoh adat dan tokoh agama, termasuk Suku Dayak di sekitar PLTA yang mendukung pembangunan PLTA di ‘rumah’ mereka. “Tujuh tahun akan selesai dan kita harapkan betul-betul memberikan manfaat kepada Kabupaten Malinau, kepada Provinsi Kalimantan Utara, dan kepada seluruh rakyat kita Indonesia,” ujarnya.
Tanggapan masyarakat
Ketua Lembaga Adat Dayak Lundayeh, Paulus Belapang, mengatakan bahwa daerah yang digunakan sebagai lokasi pembangunan PLTA Mentarang Induk ini sepenuhnya adalah Tanah Adat yang secara turun temurun sudah dipelihara oleh masyarakat adat setempat.
Namun, ia memastikan bahwa masyarakat sepenuhnya mendukung pembangunan PLTA tersebut, demi kemajuan wilayah dan generasi muda di masa yang akan datang.
Ia berharap, keberadaan PLTA akan memberikan kesempatan kerja bagi putra-putri daerah setempat, supaya tak perlu mencari pekerjaan di daerah lain. “Bagaimanapun, melalui pembangunan ini tentu akan membuka banyak lapangan pekerjaan, bukan hanya dari PLTA, tapi dampak lanjutannya juga bisa menyerap masyarakat,” kata Paulus.