Negara di Kawasan Eropa Mulai Melepas Status Pembatasan Covid-19
Prancis mengikuti jejak Denmark mencabut pembatasan
Jakarta, FORTUNE – Sejumlah negara Eropa pun mulai melepaskan status pembatasan di negaranya.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, Eropa sedang memasuki fase baru menuju stabilitas pandemi.
Jumlah kasus kematian akibat virus Covid-19 mulai melandai, diikuti cuaca hangat yang menghambat penyebaran, virus serta tingkat keparahan varian Omicron yang relatif lebih rendah dari varian sebelumnya. Hal ini membuat situasi jadi terasa lebih masuk akan.
Meskipun pandemi belum bisa disebut berakhir, Direktur WHO Eropa, Dr Hans Kluge, mengatakan bahwa ada peluang baik untuk pengendalian transmisi Covid-19 di kawasan Benua Biru tersebut. Hal ini termasuk desakan bagi negara-negara untuk terus memvaksinasi warganya.
"Konteks ini–yang sejauh ini belum kita alami dalam pandemi–membuka kemungkinan masa tenang panjang dan tingkat pertahanan populasi yang jauh lebih tinggi terhadap lonjakan penularan, bahkan dengan varian yang lebih mematikan," ucapnya seperti diberitakan Euronews, Kamis (3/2).
Sejumlah negara mencabut pembatasan
Sejumlah negara di kawasan Eropa sudah mulai mencabut regulasi pembatasan pandemi. Denmark menjadi yang pertama melakukan ini sejak Selasa (1/2) dan menyatakan Covid-19 tidak lagi menjadi penyakit kritis sosial.
Meski terjadi lonjakan kasus varian Omicron, ada lebih dari 80 persen populasi Denmark sudah melakukan vaksinasi lengkap, bahkan 60 persen dari populasi sudah menerima dosis vaksin booster.
Satu hari berselang, Prancis mengikuti langkah Denmark mencabut pembatasan anti-Covid-19. Masker wajah tidak lagi menjadi hal wajib di luar ruangan. Sementara stadion, tempat budaya, dan tempat-tempat pertemuan luar ruangan tidak lagi dibatasi dengan ketentuan kapasitas tertentu.
Berikutnya ada Swedia yang mengumumkan pembatasan di negaranya akan dicabut pada Rabu (9/2). Dengan demikina, Swedia tidak akan lagi membatasi kapasitas restoran atau jam buka, Demikian dengan sertifikat vaksinasi dan masker wajah tidak akan diperlukan di transportasi umum.
Negara Eropa lain, seperti Spanyol, saat ini sedang mempertimbangkan apakah Covid-19 dapat dikategorikan sebagai masalah endemik dan ditangani seperti flu musiman. Republik Ceko dan Italia pun berencana untuk melonggarkan beberapa pembatasan dalam beberapa minggu mendatang.
Omicron tetap jadi ancaman
Meski banyak negara Eropa yang mulai melonggarkan berbagai pembatasan kegiatan, namun situasi ini belum bisa dinyatakan sebagai kemenangan atas pandemi Covid-19. Bahkan, WHO mencatat Omicron sempat menyentuh 12 juta kasus baru di seluruh Eropa pada pekan terakhir Januari 2022.
Direktur Jenderal EHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyayangkan adanya narasi yang menyatakan dengan tingkat vaksinasi tinggi, penularan Omicron dan tingkat keparahannya lebih rendah, maka upaya pencegahan tidak dibutuhkan lagi.
"Lebih banyak penularan berarti lebih banyak kematian," katanya.
Dia pun menegaskan, semua negara perlu melindungi populasi masing-masing dengan menggunakan perangkat dan alat yang tersedia.
UE usulkan perpanjangan sertifikat COVID
Komisi Eropa telah mengusulkan perpanjangan penggunaan sertifikat Covid-19 selama setahun. Berdasarkan proposal, sertifikat kesehatan untuk perjalanan melintas antar negara akan tetap berlaku hingga Juli 2023.
“Pada tahap ini tidak mungkin untuk menentukan dampak dari kemungkinan peningkatan infeksi pada paruh kedua tahun 2022 atau munculnya varian baru,” kata Komisi.
Didier Reynders, komisaris Uni Eropa untuk keadilan, menambahkan kegagalan untuk memperpanjang skema dapat menyebabkan kebingungan dan hambatan, padahal pandemi belum berakhir. Sebelum berlaku, proposal perpanjangan harus diterima oleh negara-negara anggota UE dan Parlemen Eropa.