Satgas Dorong Masyarakat Asah Kemampuan Kelola Risiko Covid-19
Mengacu pada modalitas kolektif dan individu yang dimiliki.
Jakarta, FORTUNE – Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengimbau masyarakat mengasah kemampuan mengelola risiko penularan Covid-19. Hal ini bertujuan untuk memperkuat proteksi dari berbagai ancaman penularan.
'Kita sepatutnya banyak melakukan refleksi dari beberapa fenomena, layaknya kembali terinfeksinya seseorang setelah divaksin atau setelah sembuh,” ujar Wiku dalam konferensi pers daring, Kamis (18/8).
Menurut Wiku, perubahan karakteristik virus Covid-19 yang makin kompleks, membutuhkan upaya proteksi semakin diperkuat. Menurutnya, vaksinasi saja saat ini tidak bisa menjamin seseorang tidak tertular Covid-19. Oleh karena itu, endemi harus dikelola dengan modalitas untuk pulih lebih cepat, baik secara kolektif maupun individu.
Modalitas kolektif dan individu
Wiku menyebutkan, modalitas untuk pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat terbagi menjadi dua, yakni kolektif dan individu. Modalitas kolektif terdiri dari kekebalan komunitas dari vaksinasi dan infeksi alamiah, ketersediaan vaksin, ketersediaan pengobatan, kebijakan sektoral yang spesifik.
“Hasil serosurvei pada bulan Juli 2022 menunjukkan bahwa 98,7 persen masyarakat sudah memiliki antibodi. Namun, perlu digarisbawahi, bahwa antibodi pun memiliki jangka waktu, sehingga diperlukan penguat agar keduanya (kekebalan dari vaksin dan infeksi) tetap cukup dalam tubuh, sehingga vaksinasi booster menjadi penting,” kata Wiku.
Sedangkan, modalitas individu terdiri dari budaya perilaku hidup bersih dan sehat dalam berbagai aktivitas, proteksi maksimal oleh populasi berisiko–khususnya yang tidak bisa divaksin. “Kita perlu menjadikan pembelajaran Covid-19, untuk menghadapi berbagai tantangan di masa depan,” ujarnya.
Berbagai indikator yang tunjukkan perbaikan
Wiku mengtakan, Indonesia terus menunjukan perbaikan penanganan Covid-19 dari waktu ke waktu. “Jika dibandingkan pada 17 Agustus 2021 dengan 17 Agustus 2022, maka kasus positif harian menurun 53 persen secara tahunan. Tahun ini sebesar 5.000 kasus harian, sedangkan di tahun lalu sebesar 11.000 kasus harian,” katanya.
Dari indikator kasus kematian harian pun menurun drastis, dari 220 kematian per hari menjadi 19 kasus kematian per hari. Angka ini menunjukkan penurunan hingga 91 persen secara tahunan.
Selain itu, kasus aktif dan angka keterisian Covid-19 juga menunjukkan penurunan. Sementara, peningkatan terjadi pada kasus kesembuhan, yang kini menyentuh 96,66 persen, dari 87,71 persen pada tahun lalu.
Pulih dan bangkit di HUT Kemerdekaan RI
Bersamaan dengan peringatan kemerdekaan RI ke-77, Wiku menyatakan masyarakat sudah berhasil bangkit dari pandemi. Terlihat dari marakmnya aktifitas yang sudha bisa dilakukan masyarakat secara bebas, seperti kegiatan upacara kemerdekaan dan lomba-lomba 17-an yang banyak dimeriahkan oleh masyarakat.
"Hal ini juga diiringi dengan bangkit lebih kuat pada kapasitas penanganan Covid-19 dari mulai fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, dan strategi penanganan dengan kebijakan berlapis dan pelibatan seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah," katanya.
Masyarakat masih menerapkan protokol kesehatan, meskipun ada beberapa yang terpantau tidak menggunakan masker.