NEWS

Perbedaan Industri Bioteknologi dan Farmasi dalam Produk Obat-obatan

Keduanya sering dianggap serupa, meski sebenarnya berbeda.

Perbedaan Industri Bioteknologi dan Farmasi dalam Produk Obat-obatanIlustrasi obat-obatan. (Pixabay/stevepb)
08 November 2024

Jakarta, FORTUNEIndustri Bioteknologi dan Farmasi sering kali dianggap serupa karena keduanya terlibat dalam pengembangan dan produksi obat-obatan.

Namun, kedua industri ini sebenarnya memiliki perbedaan mendasar dalam metode, sumber bahan, serta pendekatan dalam mengembangkan produk.

Meskipun sama-sama bertujuan menciptakan solusi medis untuk penyakit dan kondisi kesehatan, bioteknologi dan farmasi memiliki fokus dan proses yang berbeda.

Mengutip Investopedia, berikut ini sejumlah perbedaan keduanya.

Sumber Bahan Utama

Salah satu perbedaan paling menonjol antara industri bioteknologi dan farmasi adalah sumber bahan utama yang digunakan untuk menciptakan produk obat-obatan.

Industri bioteknologi menggunakan organisme hidup sebagai dasar pengembangan obatnya. Organisme ini bisa berupa sel, bakteri, atau DNA yang dimodifikasi secara genetik untuk menghasilkan zat yang dapat digunakan dalam pengobatan.

Contoh produk bioteknologi yang berasal dari organisme hidup termasuk insulin dan vaksin. Teknologi bioteknologi memungkinkan manipulasi genetik untuk menghasilkan obat-obatan yang lebih efektif, terutama untuk penyakit yang sulit diobati dengan bahan kimia saja.

Industri farmasi cenderung menggunakan bahan-bahan sintetis atau senyawa kimia sebagai bahan utama untuk produk obat-obatan. Obat-obatan farmasi biasanya diciptakan melalui proses sintesis kimia yang tidak melibatkan organisme hidup.

Aspirin, misalnya, adalah salah satu obat yang berasal dari bahan kimia sintetis. Industri farmasi fokus pada sintesis senyawa yang bisa meniru atau mempengaruhi proses biologis dalam tubuh untuk mengobati penyakit.

Proses Penelitian dan Pengembangan

Proses penelitian dan pengembangan (R&D) dalam industri bioteknologi dan farmasi juga memiliki perbedaan yang cukup besar. Industri bioteknologi cenderung menghabiskan waktu dan biaya yang lebih besar untuk R&D karena prosesnya yang kompleks dan ketergantungan pada manipulasi organisme hidup.

Pengembangan obat dalam bioteknologi sering kali membutuhkan eksperimen yang panjang, seperti teknik rekayasa genetik atau teknologi sel punca, yang membutuhkan pengujian intensif dan waktu yang cukup lama sebelum siap diproduksi.

Sebaliknya, R&D di industri farmasi lebih fokus pada eksperimen kimia dan formulasi senyawa untuk menghasilkan obat-obatan sintetis. Proses ini juga memakan waktu lama dan biaya besar, tetapi lebih stabil dibandingkan dengan bioteknologi karena proses sintesis kimia relatif lebih mudah dikendalikan.

Pengembangan obat di industri farmasi biasanya memakan waktu hingga 15 tahun, mulai dari penelitian hingga persetujuan untuk dipasarkan, namun memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi.

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.